"Mohon maaf kepada suporter dan seluruh masyarakat Indonesia yang sudah begitu antusias dan punya ekspektasi tinggi kepada timnas U-19 Indonesia"
Begitu kata Indra Sjafri dalam konferensi pers terakhir di Piala AFF U-19, usai timnas U-19 Indonesia mengalahkan Thailand di perebutan tempat ketiga, Sabtu (14/7/2018).
Ya, permintaan maaf ini bisa dinilai lazim terucap dari mulut Indra Sjafri. Terlebih, ekspektasi suporter Indonesia memang faktanya tinggi.
Sejak matchday ketiga penyisihan grup melawan Filipina hingga babak semifinal, laga timnas U-19 Indonesia di televisi memang memuncaki rating harian.
Belum lagi, tiket di stadion selalu habis hanya dalam 2 hingga 3 jam setelah dibukanya loket sejak matchday keempat penyisihan grup melawan Vietnam juga hingga babak semifinal.
Insiden usai laga semifinal antara timnas U-19 Indonesia dengan Malaysia U-19 bahkan juga bisa menjadi bukti bahwa kejadian itu adalah imbas dari ekspektasi tinggi para suporter, agar skuat Garuda Nusantara menjadi juara, yang tidak tercapai.
(Baca Juga: Prancis Memindahkan Gunung, Kroasia Menemukan Serpihan yang Hilang)
Namun, sebenarnya bagaimana konsep yang ingin dicitrakan timnas U-19 Indonesia mengenai eksistensinya di hadapan seluruh warga Indonesia?
Ternyata kita sebenarnya bisa melihat pembentukan citra timnas U-19 Indonesia lewat "membaca mulut" skuat timnas U-19 Indonesia.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar