Setiap tahun, panitia penyelenggara olimpiade selalu membagikan kondom gratis kepada atlet, jurnalis, dan semua orang yang terlibat dalam gelaran akbar tersebut.
Salah satu alasan panitia adalah mencegah penyebaran penyakit menular seksual.
Bahkan, 110.000 kondom gratis disiapkan untuk gelaran Olimpiade Pyeongchang tahun ini.
Namun yang jadi pertanyaan kemudian adalah, apakah hubungan seksual pada malam sebelum bertanding adalah ide bagus untuk para atlet?
Mitos tentang larangan melakukan hubungan seksual sebelum pertandingan ternyata telah ada sejak jaman Yunani dan Romawi Kuno.
Mulanya hal ini dikarenakan anggapan bahwa para atlet harus berkorban untuk menjadi yang terbaik.
Anggapan lainnya menyebut bahwa para atlet memerlukan banyak hormon pria (testosteron) karena hormon tersebut membuat mereka lebih agresif. Inilah yang kemudian membuat seks sebelum bertanding adalah ide yang buruk.
Ternyata, hal tersebut hanyalah mitos belaka. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Physiology pada 2016 memberikan fakta yang berbeda.
Penelitian tersebut melibatkan sejumlah orang yang diminta untuk melakukan hubungan seksual sebelum berolahraga.
Hal ini dilakukan untuk melihat apakah kekuatan mereka berkurang sebelum atau sesudah hubungan seksual.
Editor | : | Fabianus Riyan Adhitama |
Sumber | : | sains.kompas.com/Resa Eka Ayu Sartika |
Komentar