Pengalaman negatif melawan tim pemuncak klasemen Liga Inggris mengecilkan potensi tim kuda hitam di semifinal Piala Liga Inggris musim ini, Bristol City.
Laga leg pertama semifinal antara Bristol melawan Manchester City akan berlangsung di di Stadion Etihad, Selasa (9/1/2018) waktu setempat atau Rabu dini hari WIB.
Tim asal Divisi Championship yang merupakan kasta kedua Liga Inggris itu secara mengejutkan lolos dengan menyingkirkan Manchester United dengan kemenangan 2-1 di babak perempat final.
Sementara itu, Man City yang berstatus sebagai pemuncak klasemen sementara Premier League 2017-2018 lolos setelah mengakhiri perlawanan Leicester City lewat drama adu penalti.
(Baca Juga: Roberto Mancini: Antonio Conte dan Jose Mourinho akan Berdamai)
Ini 8 Workout Seksi Ala Mags Hall, Salah Satu WAGs Terhot Se-Asia https://t.co/tz0XaqNh2e
— BolaSport.com (@BolaSportcom) January 9, 2018
Sanggup menyingkirkan Man United atau tim yang berasal dari Premier League bukan menjadi kejutan pertama bagi Bristol.
Di babak sebelumnya, mereka di luar dugaan mampu mengalahkan tiga tim asal Liga Inggris lain, yakni Crystal Palace, Stoke City, dan Watford.
Meski secara konsisten mampu memberikan kejutan, bukan berarti akan berlanjut dengan mengalahkan Man City.
Faktanya, Bristol memiliki catatan negatif saat melawan tim yang tengah berada di puncak klasemen Liga Inggris di ajang Piala Liga.
Berdasarkan data yang dihimpun BolaSport.com, Bristol pernah mengalami kekalahan telak saat menghadapi tim pemuncak klasemen Premier League pada 1995-1996.
Tepatnya, tim berjulukan The Robins kalah agregat 1-8 melawan Newcastle United dalam dua leg di babak kedua Piala Liga Inggris kala itu.
Selain itu, bentrok kedua kesebelasan tersebut akan menjadi yang pertama bagi kedua kesebelasan sejak Man City menuai kemenangan 2-1 di babak kedua Piala Liga saat bermain di markas Bristol, Ashton Gate, pada Agustus 2007.
Pemenang di partai ini akan menghadapi calon lawan antara Chelsea atau Arsenal di partai puncak.
Editor | : | Aulli Reza Atmam |
Sumber | : | Opta |
Komentar