Kompetisi Serie A disebut sebagai ekosistem yang lebih nyaman bagi Gian Piero Ventura. Dalam sebuah ajang yang berumur 38 partai, Ventura bisa leluasa melakukan apa yang membuatnya angkat nama.
Penulis: Sem Bagaskara
Ia bisa mempromosikan pemain belia untuk menunjang formasi superofensif favoritnya, 4-2-4.
Andai hasil akhir tak berpihak, Ventura punya cukup banyak waktu untuk melakukan evaluasi dan mencoba menyasar prestasi yang lebih baik di pekan-pekan berikut.
Secara natural, pemain miskin pengalaman akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Kemewahan itu tak dimiliki Ventura saat menukangi Italia.
Di Kualifikasi Piala Dunia 2018, ia hanya punya waktu sebanyak 10 pertandingan. Sepasang laga bermakna sangat krusial, yakni duel kandangtandang kontra Spanyol.
Siapa pemenang bentrokan Italia vs Spanyol disebut-sebut bakal menjadi pemuncak Grup G dan lolos otomatis ke Piala Dunia 2018.
"Untuk memutarbalikkan prediksi, kami mesti bermain dengan intensitas tinggi seperti yang kami lakukan di Paris dan kejam di depan gawang," kata bek Gli Azzurri, Leonardo Bonucci, soal bentrokan melawan Spanyol.
Bonucci berkaca kepada partai 16 besar Euro 2016 saat Italia menang 2-0 atas Spanyol di Stade de France. Tapi, hasil itu tak terulang di Kualifikasi Piala Dunia 2018.
Italia selalu gagal menang dalam dua pertemuan kontra Spanyol dan harus merelakan posisi puncak. Di Juventus Stadium, Bonucci dkk. hanya menuai skor imbang 1-1.
Kala ganti melawat ke Santiago Bernabeu, anak asuh Ventura menyerah 0-3.
Media dan analis sepak bola Italia sepakat menyebut kekalahan di Bernabeu dipicu oleh keengganan Ventura menerapkan strategi yang lebih pragmatis.
(Baca juga: 4 Nama Ini Dicap Tampil Buruk di Liverpool, Kini Bereuni di Timnas Spanyol)
Di laga pertama versus Spanyol yang berakhir imbang 1-1, Ventura masih memakai 3-5-2 warisan Antonio Conte. Sang pelatih berusia 69 tahun itu lantas beralih ke pakem favoritnya, 4-2-4, ketika bertandang ke Spanyol.
Hasilnya fatal karena Italia kalah telak. Kuartet bek Gli Azzurri dibuat bingung oleh Spanyol, yang memainkan David Silva sebagai penyerang nomor sembilan palsu.
Andrea Barzagli sering terpancing keluar posisi karena mengikuti Silva, yang rajin menjemput bola ke lini tengah. Kecenderungan itu membukakan ruang lebar bagi para gelandang Spanyol.
"Saya selalu dikritik untuk apa pun yang saya lakukan. Ketika memakai 3-5-2, mereka menyerang saya karena tak memainkan Lorenzo Insigne," kata Ventura menyikapi pemilihan taktik.
Ketika menantang Spanyol di Bernabeu, Ventura memainkan Insigne sebagai starter. Ia mentas di pos penyerang sayap kiri.
Kendati demikian, hujan kritik tetap mengguyur Ventura sebab ia dinilai tak mampu memaksimalkan Insigne.
Pemain-pemain Italia cenderung lebih suka membangun serangan dari sisi kanan lewat Matteo Darmian atau Antonio Candreva.
(Baca juga: Real Madrid Siap Incar 5 Bintang Premier League Januari Mendatang, 3 dari Manchester United)
Padahal, beberapa kali sektor kanan pertahanan Spanyol sangat terbuka. Sebuah kondisi yang sangat ideal untuk dieksploitasi Italia via kecepatan Insigne.
Bukti bahwa skema 4-2-4 garapan Ventura di Italia memang masih jauh dari sempurna.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar