Badan sepak bola Eropa, UEFA, dikabarkan akan menolak permohonan AC Milan untuk sebuah kesepakatan sukarela mengenai peraturan Financial Fair Play (FFP), menurut laporan dari media Italia, Kamis (7/12/2017).
Dengan kerugian sekitar 255 juta euro selama tiga musim terakhir, AC Milan mencoba mencari jalan keluar dengan mengajukan kesepakatan penyelesaian sukarela kepada UEFA.
Kesepakatan penyelesaian adalah denda finansial serta pembatasan skuat dan gaji yang dikenakan pada klub yang gagal mematuhi peraturan UEFA terkait Financial Fair Play.
Penalti terkait peraturan tersebut yang terberat sejauh ini pernah dialami oleh Paris Saint-Germain dan Manchester City pada musim 2013-2014.
Keduanya didenda 60 juta euro (40 juta di antaranya kemudian dikembalikan) dan berkurangnya pemain mereka yang berkompetisi pada laga ajang UEFA, dari 25 pemain menjadi 21 pemain.
(Baca Juga: Krisis, AC Milan Bisa Dapat Suntikan dari Timur Tengah)
Meskipun mendapatkan investasi 200 juta euro dari pemilik klub asal China, Li Yonghong, Milan mengalami kegagalan setelah melakoni start bagus dengan memenangi empat dari lima pertandingan pertama musim ini di Liga Italia.
Setelah itu, Milan hanya mencatat dua kemenangan dari 10 pertandingan.
Berbeda dengan lawan sekota AC Milan, Inter Milan, yang juga pernah mengajukan kesepakatan sukarela kepada UEFA pada 2015, berhasil memenuhi kewajiban kesepakatan dengan UEFA.
Menurut rilis yang diterima BolaSport.com, saat Inter diambil alih oleh Erick Thohir pada akhir 2013, sang presiden mengajukan rencana bisnis lima tahun yang solid.
Salah satunya adalah dengan merencanakan perolehan revenue baru yang akan memberikan keuntungan dengan memanfaatkan peluang besar untuk mengembangkan brand Inter di pasar global.
Dengan hadirnya Suning Group pada 2016 sebagai pemilik saham mayoritas Inter, peluang tersebut semakin terbuka karena pengaruh penting Suning di China dan sebagian besar Asia.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar