Real Madrid tersingkir dari Copa del Rey lebih dini. Gelar Liga Spanyol juga semakin sulit dimiliki. Tinggal Liga Champions menyediakan peluang trofi.
Real Madrid rontok di fase perempat final Copa del Rey oleh klub semenjana, Leganes.
Pasukan Zinedine Zidane juga masih tercecer di peringkat keempat pada klasemen Liga Spanyol.
Sudah 19 angka memisahkan mereka dengan sang pemuncak klasemen, FC Barcelona, dalam 18 partai tersisa.
Liga Champions menjadi satu-satunya medan realistis buat Real Madrid mendulang gelar musim ini, walau bakal amat sulit.
Cristiano Ronaldo cs akan menghadapi Paris Saint-Germain di babak 16 besar pada 14 Februari dan 6 Maret.
Meski terpuruk di kancah domestik, Real Madrid diyakini justru bisa terfokus penuh ke ajang Liga Champions.
(Baca Juga: Tebak Formasi Arsenal dengan Kuartet MOAL: Karunia atau Perkara?)
"Madrid selalu jadi favorit. Apa dasarnya? Ayolah, Madrid adalah juara Liga Champions dua kali beruntun," kata Predrag Mijatovic, striker legendaris El Real.
"Meski begitu, kami harus selalu menghormati PSG dan ingat, dalam sepak bola tim favorit tidak selalu menang," ujar pemakai seragam Madrid pada 1996-1999 itu, dikutip BolaSport.com dari Marca.
Mijatovic tahu benar komparasi kondisi Madrid kini dengan timnya dulu.
Dialah sang pencetak gol tunggal kemenangan El Real 1-0 atas Juventus pada final Liga Champions 1997-1998.
Kendati berjaya di Eropa, Madrid justru kesulitan di kancah domestik kala itu.
Los Blancos asuhan Jupp Heynckes hanya finis di peringkat keempat Liga Spanyol dan tersisih di babak 16 besar Copa del Rey.
Kejadian Real Madrid terpuruk di pentas lokal, tapi sukses di level Eropa juga terulang pada musim 1999-2000.
Raul Gonzalez dkk tercecer di peringkat kelima Liga Spanyol, gugur di semifinal Copa del Rey, tapi kembali juara Liga Champions.
(Baca Juga: Dari Giuseppe Meazza hingga Alexis Sanchez: Karena Pemain Ingin Dimengerti)
Trofi Si Kuping Besar diraih lagi pada 2001-2002 setelah Madrid mengakhiri La Liga musim itu di posisi ketiga dan runner-up Copa del Rey.
Kondisi mereka pada 2013-2014 mendingan.
Pasukan Carlo Ancelotti menjuarai Liga Champions dan Copa del Rey walau finis di peringkat ketiga La Liga.
Pada 2015-2016, Real Madrid merengkuh trofi Liga Champions kembali dan menjadi runner-up Liga Spanyol, tetapi cuma sampai babak 32 besar Copa del Rey.
Pengecualian terbaik terjadi musim lalu ketika armada Zidane sukses mengawinkan titel Liga Spanyol dan Liga Champions.
Melihat contoh sejarah 10 tahun ke belakang, akankah keterpurukan di pentas domestik justru menjadi jaminan berkah juara lagi untuk Real Madrid di Liga Champions musim ini?
"Saya pikir Madrid bisa menyingkirkan PSG karena saya melihat kebangkitan jelas," ujar striker El Real pada 1998-2003, Savio Bortolini.
Kebangkitan yang dimaksud Savio adalah Madrid memenangi dua partai terakhir di Liga Spanyol secara meyakinkan.
Mereka menghajar Deportivo La Coruna 7-1 dan Valencia 4-1.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | marca.com, Uefa.com |
Komentar