Hingga akhirnya ia pergi dari Real Madrid pada 2015, meskipun Mourinho telah hengkang dua musim sebelumnya.
"Mungkin jika kembali dihadapkan dalam situasi tersebut, saya akan membawa banteng bertanduk dan tak akan tinggal diam menghadapinya," terang pemain berpostur 1,85 meter tersebut.
"Saya diam pada saat itu untuk menghormati nilai-nilai klub. Namun, kenyataannya adalah bahwa semua orang bungkam atas apa yang terjadi, dan cara terbaik untuk mengatasinya adalah pergi," ucap shot-stopper FC Porto ini.
(Baca Juga: Luka Modric Kandidat Tunggal Pemenang Ballon d'Or 2018)
Di sisi lain, presiden klub Florentino Perez juga ia nilai tak mampu menjadi penengah dalam konfrontasi di ruang ganti yang saat itu disebut-sebut terbentuk dua kubu.
Yakni kubu pemain Portugal (Pepe, Ricardo Carvalho, Cristiano Ronaldo, Fabio Coentrao) yang mendukung Mou dan kubu Spanyol (Casillas, Sergio Ramos, Raul Albiol, dll) yang menentang.
"Saya tidak lagi ingin ada di hadapan Presiden Real Madrid, Florentino Perez, yang telah membuatnya lebih rumit dan menantang. Akan tetapi saya tidak bisa melupakan klub ini yang memberikan saya segalanya," ucapnya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | marca.com |
Komentar