Keylor Navas, Kiper Real Madrid yang Terpinggirkan meski Memenangi 3 Liga Champions Beruntun

Posisi Keylor Navas di Real Madrid makin terpinggirkan meski telah memenangi 3 gelar Liga Champions.

Keylor Navas menjadi bagian penting Real Madrid saat memenangi Liga Champions 3 kali beruntun.

Meski telah memenangi 3 gelar Liga Champions beruntun, kedatangan Thibaut Courtois membuat posisi Keylor Navas terpinggirkan.

Pada saat Julen Lopetegui masih melatih, ia membagi penampilan untuk para penjaga gawang, seperti dilansir BolaSport.com dari Marca.

Keylor Navas sempat tampil di Liga Champions sebanyak 3 kali.

Baca Juga: 

• Derita 3 Pemain Real Madrid Setelah Santiago Solari Jadi Pelatih
• Real Madrid Ubah Kebijakan Transfer, dari Bintang Galactico Menjadi Pemburu Pemain Muda
• Stadion Real Madrid Akan Gelar Final Copa Libertadores antara River Plate Vs Boca Juniors

Namun, sejak Santiago Solari melatih, jatah bermain Navas berkurang.

Dalam 2 pertandingan Liga Champions terakhir, Navas tidak dimainkan.

"Saya memenangkan gelar Liga Champions secara beruntun lalu tidak dimainkan," ujar Navas di program El Chiringuito seperti dilansir BolaSport.com dari Marca.

Kedatangan Santiago Solari sebagai pelatih utama membuat beberapa keadaan berubah.

Baca Juga:

• Real Madrid dan 5 Faktor Penyebab Penampilan Buruk di Liga Spanyol Musim Ini
• Barcelona Menunda Mencari Pengganti Samuel Umtiti hingga Januari 2019
• David Villa Dikabarkan Bergabung dengan Vissel Kobe, Klub Andres Iniesta

Termasuk soal jumlah menit bermain para pemain Real Madrid.

Selain Navas, pemain lain seperti Isco dan Marco Asensio juga tak banyak mendapat menit bermain.

Terakhir Navas bermain penuh pada era Solari adalah saat melawan UD Melilla di Copa del Rey.

Kiper asal Kosta Rika itu baru bermain 7 kali musim ini.

Keylor Navas tampil 3 kali di Liga Champions, 2 di Liga Spanyol, 1 Copa del Rey, dan 1 Piala Super Eropa.

 

 

 

View this post on Instagram

 

 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST