Paris Saint-Germain (PSG) gagal membalikkan ketinggalan agregat 1-3 di leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
PSG tampil dominan di depan publik Stadion Parc des Princes.
Namun, mental juara Real Madrid mampu membuat tim arahan Unai Emery itu mengakhiri laga dengan kemenangan 2-1.
Diawali gol Cristiano Ronaldo (51'), PSG menyamakan kedudukan melalui Edinson Cavani (71').
Sepuluh menit jelang laga usai, Casemiro (80') memastikan kemenangan El Real dengan skor 2-1
Bermain tanpa Neymar, lini depan PSG tampil kurang menggigit.
Buktinya, hingga babak pertama berakhir, Cavani tak banyak mendapat peluang di kotak penalti lawan.
Selain itu, tim BolaSport.com telah merangkumkan alasan yang membuat PSG kalah dari Real Madrid.
Inilah 5 alasan mengapa PSG tersingkir dari Liga Champions:
1. Tak ada pemain selevel Marco Verratti di lini tengah PSG
Harus diakui, Marco Verratti merupakan gelandang yang tampil paling baik pada pertandingan itu.
Berdasarkan data Whoscored, Verratti mencatatkan akurasi umpan 91 persen, 74 sukses dari 81 jumlah operan.
Yang lebih impresif, pemain asal Italia itu mencatatkan 100 persen kesuksesan dribel.
Dari dua kesempatan, dia tak pernah gagal melakukan dribel tersebut.
Selain piawai menyusun serangan, Verratti juga hebat dalam pertahanan.
Buktinya, eks pemain Pescara itu sukses mencatatkan 100 persen tekel akurat.
Celakanya, PSG tak memiliki pelapis kala Verratti mendapat kartu merah pada menit ke-66.
Thiago Motta yang sejatinya diplot sebagai gelandang bertahan justru tak mencatatkan satupun tekel sukses.
Sementara Adrien Rabiot yang diposisikan agak ke depan hanya memiliki akurasi umpan sukses sebesar 90 persen.
2. Kylian Mbappe dan Angel di Maria tak berkutik
Tanpa Neymar, lini sayap PSG kurang cemerlang.
Pemain asal Argentina itu kesulitan melewati hadangan Dani Carvajal, bek kanan Real Madrid.
Pun demikian dengan Kylian Mbappe yang menyisir dari sisi kanan, pergerakannya mampu dibaca Marcelo dengan baik.
Kesuksesan dribel kedua pemain tersebut hanya 57 persen dan 50 persen.
Tak mengherankan jika PSG kurang mampu membuat peluang yang membahayakan gawang lawan.
3. Umpan silang PSG tak efektif
Lagi-lagi, pemain sayap PSG menunjukkan sebuah catatan buruk.
Di Maria dan Mbappe plus dua bek sayap, Dani Alves dan Yuri Berchiche tak mampu mengirimkan umpan silang kepada Cavani di kotak penalti.
Tercatat ada dua situasi berbahaya yang diciptakan PSG dari sayap sepanjang pertandingan.
Yang pertama, umpan tarik Di Maria berhasil diamankan oleh kiper Madrid, Keylor Navas, sebelum mendarat di kaki Cavani.
Yang kedua, Mbappe memiliki kesempatan untuk memberi umpan tarik kepada Cavani yang berdiri bebas di kotak penalti.
Namun, pemain asal Prancis itu memilih untuk melakukan tembakan yang justru berhasil dihalau Navas.
Akibatnya, Mbappe dan Di Maria mencatatkan akurasi umpan sebesar 81 persen dan 78 persen.
4. Edinson Cavani terisolir
Ini adalah konsekuensi yang didapat oleh PSG ketika pemain sayap dan tengah tak mengalirkan bola dengan baik ke penyerang.
Edinson Cavani dipaksa turun ke lini tengah untuk mencari bola.
Karena bukan tipikal pemain pembawa bola, enam kali bola Cavani berhasil direbut oleh lawan.
Hingga babak pertama berakhir, Cavani bahkan hanya menyentuh bola sebanyak sembilan kali.
Dari sembilan sentuhan, hanya dua yang berada di dalam kotak penalti Real Madrid.
Meski akhirnya berhasil mencetak gol penyama kedudukan pada menit 71, namun penampilan Cavani keseluruhan kurang berbahaya.
5. Kebodohan suporter PSG bikin Real Madrid unggul.
Pada menit ke-48, laga berhenti sejenak karena suporter PSG menyalakan flare yang mengganggu pertandingan.
Kericuhan yang ditimbulkan suporter itu berasal dari tribune Utara, alias belakang gawang PSG pada babak kedua.
Hal itu membuat kapten PSG, Thiago Silva, harus turun tangan menenangkan para suporter.
Ironis, hanya dua menit setelah insiden itu, Real Madrid memperoleh keunggulan melalui sundulan Cristiano Ronaldo.
Efek asap yang ditimbulkan oleh flare tersebut sedikit banyak menguntungkan Real Madrid yang berseragam putih.
"Baju PSG memang warnanya agak gelap, jadi putih-nya Madrid lebih menguntungkan," ujar kontributor BolaSport.com di Paris, Bobby Arifin.
"Pemain-pemain PSG sampai harus memohon pendukungnya untuk tidak bertindak bodoh, karena kasus semalam itu cukup untuk membuat UEFA memberi sanksi kepada PSG," tutur dia lagi.
Insiden tersebut ditengarai dilakukan oleh kelompok ultras PSG, Kop of Boulogne atau Boulogne Boys.
Editor | : | Taufan Bara Mukti |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar