Tentunya tak mengenakkan masih harus berjuang memperebutkan tiket ke Piala Dunia lewat jalur play-off. Tekanan yang muncul di partai jenis ini jelas tidak sama dengan fase grup.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Untungnya bagi Italia, ini bukan kali pertama mereka harus menjalani babak play-off untuk sampai ke Piala Dunia. Gli Azzurri pernah mengalami situasi seperti ini 20 tahun silam.
Perjalanan menuju Prancis 1998 itu bahkan bisa dijadikan inspirasi buat Italia. Bukan hanya sukses melalui play-off, pencapaian Squadra Nazionale di putaran finalnya juga tidak jelek-jelek amat.
(Baca Juga: Kata Comvalius Setelah Terpilih Jadi Kandidat Pemain Terbaik Liga 1)
Yang menarik, banyak kemiripan yang dialami Italia antara 1998 dan 2018. Dua puluh tahun yang lalu, Azzurri juga menghadapi pergantian pelatih. Arrigo Sacchi, yang gagal di Euro 1996, diganti Cesare Maldini.
Dalam kualifikasi Piala Dunia 2018, Italia berada satu grup dengan salah satu tim jagoan lainnya, Spanyol. Dulu Si Biru juga harus bersaing dengan Inggris.
Italia hanya finis sebagai runner-up Grup B di bawah Inggris. Penampilan Azzurri ketika itu juga tidak meyakinkan seperti saat ini. Bayangkan, sepanjang tahun 1997, skuat besutan Maldini hanya menang lima kali dalam 12 pertandingan di semua ajang.
Menjelang play-off menghadapi Rusia, Italia tidak pernah menang dalam empat partai. Tapi, pada saat yang paling krusial, karakter khas Italia muncul.
Leg I play-off berlangsung di Moskow dengan "hiasan" hujan salju parah. Tapi, dalam kondisi sulit itu, Italia berhasil mencetak gol di kandang lawan lewat Christian Vieri dan akhirnya membawa pulang skor 1-1.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | TABLOID BOLA NO. 2.816 |
Komentar