Mayoritas penghuni skuat juara Piala Dunia 2018 Prancis berasal dari daerah banlieu alias pinggiran kota. Bukti bahwa pahlawan bisa datang dari mana saja.
Sejumlah andalan Prancis tumbuh dan besar di daerah pinggiran, bukan dari kota-kota metropolitan seperti Paris, Lyon, atau Marseille.
Antoine Griezmann lahir di Macon, Samuel Umtiti dibesarkan di Villeurbane kawasan pinggiran Lyon, dan Kylian Mbappe tumbuh di Bondy, area sebelah timur laut Paris.
Latar belakang yang sederhana tetap bisa membawa mereka ke level tertinggi sepak bola dunia.
Kesederhanaan bukanlah alasan untuk menjadi tidak percaya diri. Pemikiran itu juga sangat diyakini oleh Trimur Vedhayanto, jebolan skuat PSSI Primavera yang sekarang menaruh perhatian besar terhadap pembinaan usia muda di kampung halamannya, Salatiga.
Trimur membentuk sekolah sepak bola bernama Suruh FC. Tim itu “hanya” ditopang oleh dana iuran sukarela anggotanya.
(Baca juga: Harry Kane dan Kutukan Sepatu Emas di Piala Dunia)
“Soal teknik, sebenarnya pemain daerah seperti anak asuh saya tak kalah dengan mereka yang tinggal di kota besar. Hal yang coba saya tularkan adalah kepercayaan diri. Seringkali mereka minder saat bertemu tim dari kota besar,” kata Trimur kepada BolaSport.com dalam acara Alllianz Junior Football Camp 2018 di Bangkok, Thailand.
Trimur hadir di Bangkok sebagai pemenang kisah Pahlawan Sepak Bola Allianz. Ceritanya bersama Suruh FC dinilai sangat inspiratif.
“Untuk menjadi pemain sepak bola hebat butuh teknik, fisik, mental, serta sikap yang bagus. Tapi, jangan sampai kehilangan satu hal yang paling penting, yaitu cinta terhadap sepak bola," ujar Trimur yang kini bangga melihat putranya, Kartika Vedhayanto, membela panji tim nasional U-16.
Trimur total mencintai sepak bola. Lelah selepas bekerja sebagai pegawai dari pagi buta tak bisa menghalangi niatnya untuk melatih anak-anak ketika sore menjelang.
“Saya sering kasihan melihat anak-anak yang punya kemampuan tapi tak ditunjang keadaan," katanya.
"Mereka kadang terpaksa absen latihan karena tak punya sepatu. Saya pun merelakan sepatu bekas anak saya agar mereka pakai,” kata Tri Mur yang pernah memperkuat PSIS Semarang dan Pelita Jaya.
Trimur telah membuktikan bahwa ketekunan ala bocah desa bernilai sama dengan tekad besar anak kota. Persis seperti fenomena Prancis di Piala Dunia 2018.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar