BOLASPORT.COM – Timnas Malaysia menjamu timnas Thailand pada semifinal pertama Piala AFF 2018 dan babak pertama tanpa gol, Sabtu (1/12/2018) malam.
Timnas Malaysia kontra timnas Thailand berlangsung di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur.
Kedua tim saling berganti menyerang tetapi gagal memaksimalkan peluang untuk menjadi gol.
(Baca Juga: Makan Konate Ungkap Mengapa dirinya Lebih Produktif di Arema FC Ketimbang Sriwijaya FC)
Kedua tim pun mandul sampai 45 menit waktu di babak pertama habis.
Namun, tuan rumah pada paruh pertama laga mendapatkan dua kartu kuning.
(Baca juga: Jawara Liga Champions Asia 2018 Terancam Kehilangan Bek Terbaik Mereka)
Muhammad Akram dan Muhamad Sagawi Rasid yang mendapatkan kartu peringatan ini.
Dua kartu ini keluar dari wasit pada menit ke-21 dan 42.’
SUSUNAN PEMAIN
Malaysia: Mohd Farizal; Mohd Aidil Zafuan, Shahrul, Muhammad Akram, Mohamadou Sumareh, Syahmi Safari, Norshahrul Idlan, Mohd Zaquan Adha, Syazwan, Muhamad Safawi, Mohamed Saymer
Pelatih: Tan Cheng
Thailand: Chatcai Budprom; Mike Chunuonsee, Chalermpong Kerdkaew, Korakod Wiriyaudomsiri, Pansa Hemviboon, Wichaya Dechmitr, Puangchan, Tanaboon Kesarat, Nurul Sriyarngem, Adisak Kraisorn, Supachai Jaided
Pelatih: Milovan Rajevac
(Baca juga: Soal Isu ke Persebaya 'Terjawab', Andik Vermansah Diklaim Kekal di Liga Malaysia)
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on
Komentar