19 Indonesia memiliki prospek bagus. Mereka yang akan berlaga di Piala AFF U-18 merupakan pemain bertalenta.
Bahkan budayawan Emha Ainun Nadjib menyebutnya sebagai pemain kelas dunia.
“Mengapa saya menyebutnya pemain kelas dunia. Mereka sesungguhnya punya bakat alamiah. Tuhan memberikan bakat yang luar biasa pada mereka,” tutur Emha.
Persoalannya mereka berada di kolam yang kotor. Ini yang menjadikan mereka gagal berprestasi.
“Bakat dari Tuhan tapi bila tidak diiringi tekad dan kerja keras tidak ada gunanya. Tekad dan kerja keras, tapi bila kolamnya tidak bersih juga tidak berguna,” katanya.
Baca Juga:
- Meski Masih Lama, 3 Negara ini Siap Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2026, Negara Mana Saja Mereka?
- Dua Legenda Liverpool Ikut Beri Pujian kepada Alexander-Arnold
- 5 Hal Bisa Dipelajari dari Kemenangan Liverpool atas Hoffenheim
“Mereka berada di kolam yang kotor. Artinya manajemen atau bahkan negara tidak cukup kondusif untuk pembinaan potensi. Itu tidak hanya di sepak bola. Padahal bermain bola sangat dibutuhkan kreativitas,” ucap Emha yang pernah menekuni sepak bola saat masih remaja.
Dirinya mengingatkan kegagalan timnas U-19 era Evan Dimas dkk di Piala Asia U-19 2014. Persiapan mereka dikacaukan dengan kepentingan bisnis.
“Saat uji coba, mereka sudah diatur main jam berapa. Saat mereka seharusnya beristirahat tapi malah harus main karena ada siaran langsung. Jadinya timnas U-19 malah kalah di Myanmar. Ini jangan terulang,” kata dia lagi.
Menurut dia, pelatih Indra Sjafri dan para pelatih timnas lainnya harus mengantisipasi bagaimana pemain bisa selamat dari kolam yang kotor itu.
“Bila menunggu kolamnya bersih akan terlalu lama. Jadi harapannya bagaimana anak-anak ini bisa berkembang kariernya di sepak bola. Mereka juga makin bersinar saat membela timnas senior,” jawabnya.
Editor | : | Ferril Dennys Sitorus |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar