Timnas Indonesia melangkah ke semifinal SEA Games 2017 dan akan menantang tuan rumah, Malaysia. Ingatan publik pun melayang pada laga semifinal SEA Games 2013.
Timnas Indonesia melangkah ke semifinal setelah finis kedua di Grup B berkat kemenangan 2-0 atas Kamboja, Kamis (26/8/2017).
Dua gol kemenangan timnas dicetak oleh Ezra Walian dan Febri Hariyadi.
Indonesia finis di bawah Thailand. Sebagai peringkat kedua Grup B, pasukan Luis Milla akan menantang juara Grup A, Malaysia.
Berbicara soal semifinal SEA Games melawan Malaysia, Indonesia punya kenangan manis pada 2013.
Laga di Myanmar itu menjadi satu-satunya pertmuan timnas versus Malaysia di babak empat besar ajang dwitahunan se-Asia Tenggara.
Pada 2013, Indonesia menang adu penalti atas Malaysia setelah bermain imbang 1-1, 19 Desember 2013.
Kiper Kurnia Meiga menjadi bintang dengan mengantarkan tim menang 4-3 pada babak tos-tosan.
Indonesia unggul lebih dulu melalui sontekan Bayu Gatra di menit ke-31.
Namun, lima menit menjelang waktu normal berakhir, Malaysia menyamakan skor melalui gelandang Thamil Arasu dari situasi tendangan sudut.
Konsentrasi yang menurun di akhir laga, membuat tiket ke final, untuk sementara melayang.
Adu penalti Indonesia vs Malaysia, Kamis, identik dengan final SEA Games 2011.
Kala itu, Malaysia memenangi adu penalti dengan skor sama 4-3, setelah imbang 1-1 selama 120 menit.
Pada 2011, dua algojo penalti Indonesia, Gunawan Dwi Cahyo dan Ferdinand Sinaga, gagal. Penendang Malaysia yang gagal Ahmad Fakri
Saarani. Kali ini, Malaysia yang kalah setelah bola tendangan Thamil Arasu dan Saad Shahrul ditepis kiper Kurnia Meiga.
Di kubu Indonesia, hanya Manahati Lestusen yang gagal karena bola sepakannya melambung ke atas gawang.
Lolos ujian berat
Meiga tampil brilian dalam adu penalti. Pemain klub Arema Indonesia itu tampil percaya diri berkat tempaan di klub dan tim nasional senior.
Mental Meiga mengalami ujian berat saat kemasukan 20 gol kala berhadapan dengan pemain-pemain kelas dunia yang membela tim nasional Belanda, Arsenal, Liverpool, dan Chelsea, awal tahun ini.
Pelatih tim nasional senior waktu itu, Jacksen F Tiago, mengakui Meiga sempat terpukul tetapi mental dan kepercayaan dirinya cepat pulih.
”Saya percaya dia akan menjadi kiper yang lebih baik,” kata Jacksen.
Keyakinan pelatih asal Brasil itu terbukti, tepisan Meiga membawa Indonesia ke final untuk kedua kali setelah SEA Games 2011.
Kejelian Meiga membaca arah bola sudah terlihat saat latihan adu penalti sehari sebelum melawan Malaysia.
Kiper yang saat itu berusia 23 tahun tersebut sukses menepis bola yang meluncur keras tendangan Andik Vermansah, Alfin Tuasalamony, dan Syaifuddin.
”Persiapan kami lebih baik tahun ini. Kami sering berlatih (mengantisipasi tendangan penalti),” ujar Meiga, kepada wartawan Kompas, Agung Setyahadi, di Naypyidaw, Myanmar.
”Kami juga mendapat situasi bagus saat menjalani adu penalti (melawan Turki) di Islamic Solidarity Games. Situasi itu sangat membantu para pemain percaya diri,” ujar pelatih tim Indonesia U-23 Rahmad Darmawan.
Situasi itu, lanjut Rahmad, membuat perbedaan sangat besar dengan final SEA Games 2011.
Dua tahun lalu, beberapa pemain menolak saat ditunjuk sebagai eksekutor.
”Kali ini, justru para pemain yang meminta supaya menjadi penendang penalti,” ungkap Rahmad.
Setelah semifinal ini, ”Garuda Muda” akan menjalani program pemulihan fisik.
Dua tahun lalu, salah satu penyebab Indonesia kalah di final adalah pemulihan fisik yang kurang bagus setelah melawan Vietnam.
Para pemain kelelahan dan sulit tampil maksimal.
Kali ini, tim sudah memiliki sistem pemulihan kebugaran melalui terapi air dingin yang efektif memulihkan kebugaran dan mencegah cedera.
Pelatih tim Malaysia U-23 Ong Kim Swee juga mengakui kekalahan timnya dari Indonesia karena pemain masih lelah setelah melawan Vietnam di laga terakhir Grup A.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Harian Kompas, kompas.id |
Komentar