Timnas U-19 Indonesia diperkuat oleh anak-anak muda yang rata-rata berusia 17-18 tahun (generasi milenial).
Generasi milenial ini memiliki ciri khas tersendiri, salah satunya melek akan teknologi.
Timnas U-19 Indonesia termasuk di dalamnya, banyak pemain Garuda Nusantara yang aktif di media sosial mereka masing-masing.
Mulai dari Egy Maulana dengan instagramnya @egymaulanavikri, kiper Aqil Savik (@aqil_savik), Witan Sulaiman (witansulaiman_), hingga pelatih mereka sendiri Indra Sjafri (@indrasjafri) yang juga dikenal aktif di media sosialnya.
Tak jarang, Egy Maulana dan Aqil Savik melakukan siaran live di instagramnya untuk sekedar menyapa para penggemarnya.
Namun, kegiatan mereka dengan gawainya ini tetap harus diatur agar tidak mengganggu jadwal latihan dan istirahat mereka dari awal pemusatan latihan.
Misalnya ketika mereka bermain di kualifikasi Piala Asia U-19 2018 di Korea Selatan, aturan ini tetap diterapkan Timnas U-19 Indonesia.
(Baca Juga: Timnas U-19 Vs Malaysia - Tutup Fase Kualifikasi, Pasukan Indra Sjafri Kalah 1-4)
Rachmat Irianto Cs wajib mengumpulkan gawai mereka pada pukul 20:30 dan diambil kembali setelah sarapan pada pukul 09:00 waktu Korea Selatan.
"Aturan ini, kami buat agar pemain dapat beristirahat dengan cepat tanpa terganggu dengan telepon genggam. Tim-tim negara lain saya lihat juga banyak melakukan ini terutama saat sedang berlaga di turnamen," kata Indra Sjafri.
Menurut Indra Sjafri, seluruh gawai pemain akan dikumpulkan di kamar asisten pelatih, Miftahudin Mukson, lalu akan dikembalikan besoknya setelah sarapan.
Dirinya juga bersyukur aturan ini tidak memberatkan para pemain.
"Alhamdulillah terkait aturan ini seluruh pemain mengerti dan tidak ada masalah," ujar Indra Sjafri.
Timnas U-19 Indonesia kini sudah kembali di tanah air setelah melakoni kualifikasi Piala Asia U-19 2018 di Korea Selatan.
Garuda Nusantara finish di posisi ketiga grup F, namun tetap lolos ke putaran final karena berstatus sebagai tuan rumah Piala Asia U-19 2018.
Editor | : | Stefanus Aranditio |
Sumber | : | PSSI.org |
Komentar