Upaya serius dilakukan Panitia Aceh World Solidarity Cup 2017 untuk mengembalikan kondisi lapangan Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.
Kondisi lapangan yang berlumpur menjadi isu terbesar sepanjang penyelenggaraan turnamen internasional edisi pertama tersebut.
Hujan lebat dan angin kencang yang melanda Aceh dalam dua pekan belakangan memang bukan hal yang dapat dicegah oleh pihak panitia.
Meski begitu, upaya maksimal panitia untuk mengembalikan kondisi lapangan harus diakui memang terlihat pada laga terakhir turnamen.
(Baca Juga: Gaji 5 Tahun Silam Belum Dilunasi PSMS, Pemain Korsel Ini Sampaikan Kritikan Pedas)
Pada partai timnas Indonesia kontra Kirgistan, Rabu (6/12/2017) sore WIB, aliran bola lebih baik dan skema permainan kedua tim boleh dikatakan bisa berjalan.
"Kami melakukan perombakan rumput pada pukul 19.00 WIB, kemarin. Upaya itu kami kerjaan hingga pukul 14.00 WIB, hari ini," tutur Simon Sitorus, selaku perwakilan panitia pelaksana pertandingan selepas laga.
Simon mengakui usaha yang dilakukan pihaknya tersebut menjadi maksimal setelah Banda Aceh akhirnya panas terik pada siang hari ini.
"Kami timbun pasir untuk mengeraskan lapangan yang lembek karena hujan deras dan digunakan untuk dua pertandingan pada hari yang sama," kata Simon.
(Baca Juga: Dijanjikan Jadi Polisi, Pilar Timnas U-19 Indonesia Ini Gabung Bhayangkara FC?)
"Kami coba padatkan lapangan pada bagian yang berlumpur. Bersyukur siang ini ada matahari dan lapangan bisa digunakan pada sore hari," ucap dia.
Sayang, hasil maksimal justru tidak didapatkan timnas Indonesia yang dikalahkan dengan skor 0-1 oleh Kirgistan.
Sementara itu, Ketua Pembina Aceh World Solidarity Cup 2017, Zaini Yusuf, sekaligus mengklarifikasi bahwa pihaknya sama sekali tidak menggunakan pawang hujan.
"Usaha-usaha yang kami lakukan membuktikan bahwa kami memang serius mengembalikan kondisi lapangan. Tidak ada pawang hujan, itu kesalahan tafsir saja kemarin," ujar Zaini.
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar