Timnas Islandia akan melakoni dua laga uji coba dalam lawatan mereka ke Indonesia pada Januari 2018.
Pertama, Islandia bakal dijajal tim Indonesia Selection di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta pada 11 Januari mendatang.
Indonesia Selection merupakan tim yang berisi pemain-pemain yang dipilih netizen Indonesia melalui poling yang diselenggarakan PSSI.
Tiga hari berselang, tim asuhan Heimir Hallgrimsson tersebut akan ditantang timnas Indonesia proyeksi Asian Games 2018 di stadion yang belum ditentukan.
Tak hanya itu saja, Tim peserta Piala Dunia 2018 ini juga akan melakoni kegiatan diskusi pengembangan sepak bola, workshop kepelatihan, 'coaching clinic' pemain usia dini, hingga acara temu sapa dengan penggemar.⠀
Namun, Timnas Islandia akan melewati 3 halangan yang cukup berat sebelum bertanding melawan Indonesia.
1. Jarak yang Jauh
Indonesia dan Islandia memiliki jarak sejauh 12,4 juta kilometer.
Islandia harus menempuh penerbangan selama 20 hingga 28 jam untuk bisa tiba di Jakarta.
Timnas Islandia juga harus mengalami 3 kali penerbangan. Yaitu dari Reykjavik-Oslo, Oslo-Doha, dan Doha-Jakarta.
2. Perbedaan Zona Waktu
Indonesia (waktu Indonesia bagian Barat) memiliki 7 jam perbedaan waktu dengan Islandia.
Hal ini tentu akan menimbulkan fenomena jet lag bagi seluruh pemain timnas Islandia.
Jet lag adalah perubahan waktu tidur sementara atau merasa lelah dan kebingungan setelah perjalanan panjang dengan melintasi beberapa zona waktu menggunakan pesawat terbang.
Gejala yang umumnya terjadi akibat jet lag adalah gangguan pada pola tidur, rasa selalu mengantuk, dan kelelahan.
3. Perbedaan Suhu
Islandia termasuk dalm negara dalam lingkaran subarktik yang artinya berlokasi sangat dekat dengan Kutub Utara.
Pada Januari, Islandia masih berada dalam musim dingin dengan temperatur rata-rata berkisar antara 0 hingga -10 derajat Celcius.
Sementara Indonesia memiliki suhu kurang lebih 27 derajat Celcius sepanjang tahun.
Dengan perbedaan suhu mencapai 27 derajat Celcius, timnas Islandia akan membutuhkan upaya lebih untuk beraklimatisasi dengan lingkungan Indonesia.
Editor | : | Nina Andrianti Loasana |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar