Nama-nama seperti Jacob Silhasale dan Abdul Kadir (Persebaya Surabaya), Rony Paslah, Yuswardi (PSMS Medan), serta Risdianto (Persija Jakarta) menjadi senjata utama Tim A di ajang tersebut.
Di sisi lain, Timnas Indonesia B berisi pemain-pemain yang tak kalah hebatnya.
Ronny Pattinasarany (PSM Makassar), Wibisono (Persebaya Surabaya), Tumsila (PSMS Medan), Andi Lala (Persija Jakarta) membuat tim yang dilatih oleh EA Mangindaan amat kokoh.
Kedua tim itu berhasil melaju ke final di turnamen tersebut. Timnas Indonesia B mengalahkan Hongkong dengan skor 4-1, sementara Timnas Indonesia A lolos ke final seusai mengalahkan Kamboja dengan skor 5-0.
Pada laga final yang digelar di Stadion Nasional Singapura, Indonesia A berhasil menang dengan skor 2-1 atas Indonesia B.
Kesuksesan dua Timnas Indonesia mendapat sambutan meriah saat keduanya tiba di Jakarta. Tak hanya memboyong label “All Indonesian Final” saja, skuat Garuda juga memborong empat piala.
Trofi yang dibawa pulang Tim Merah-Putih A, yakni trofi juara, piala best scorer di mana tim Indonesia A mengumpulkan gol terbanyak sepanjang turnamen dengan 11 gol, gelar best defense alias pertahanan terbaik, dan terakhir top scorer yang diraih oleh Risdianto.
Di era tersebut Timnas Indonesia amat bertaji di persaingan elite Asia. Gelar juara Merdeka Games di Malaysia (1970), Anniversary Cup III di Jakarta (1972), President Cup di Korea (1973), jadi bukti keperkasaan Tim Merah-Putih.
Prestasi kembali diukir oleh Indonesia pada SEA Games 1991 di Manila, Filipina.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar