Timnas U-23 Vietnam sudah mengukir prestasi membanggakan di Asian Games 2018.
Dari target hanya lolos ke babak 16 besar, Vietnam nyatanya mampu melaju sampai ke semifinal.
Vietnam menjadi wakil Asia Tenggara di semifinal bersama wakil Asia Barat, Uni Emirat Arab, dan dua tim Asia Timur, Korea Selatan dan Jepang.
Vietnam akan menantang juara bertahan Timnas U-23 Korea Selatan di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Rabu (29/8/2018) pukul 16.00 WIB.
Sedangkan Timnas U-23 Jepang meladeni Timnas U-23 Uni Emirat Arab di stadion yang sama pukul 19.30 WIB.
Bagi rakyat Vietnam, keberhasilan timnas mereka di Asian Games 2018 ini tak lepas dari tangan dingin pelatih Park Hang-seo dari Korea Selatan.
Sepanjang keikutsertaannya di Asian Games sejak 2002, baru kali ini Vietnam lolos ke semifinal.
Sebelumnya, laju terbaik Vietnam hanya sampai babak 16 besar, yakni di Asian Games 2010 China dan 2014 Korea Selatan.
Sebelum melaju ke semifinal, Vietnam mirip dengan Timnas U-23 Indonesia.
Laju terbaik Indonesia di Asian Games juga hanya babak 16 besar, yang diraih tahun 2014 dan 2018.
Padahal, target yang dibebankan kepada Luis Milla adalah lolos ke semifinal.
Luis Milla kini dinanti PSSI kembali ke Indonesia, karena ditawari melatih Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2018.
Luis Milla mengaku pulang ke Spanyol dalam pernyataannya usai Timnas U-23 Indonesia terhenti di babak 16 besar Asian Games 2018.
Sedangkan Park Hang-seo sudah dinanti seluruh rakyat Vietnam dengan penuh cinta dan kebanggaan, meski pulang tanpa medali.
Namun, pelatih berusia 59 tahun itu, lebih tua 7 tahun dari Luis Milla, kini justru ingin mempersembahkan sesuatu yang lebih kepada rakyat Vietnam, karena "telanjur" lolos ke semifinal.
Park Hang-seo sangat senang tim asuhannya bertemu tim negara asalnya.
"Saya mencintai tanah air saya dan selalu menginginkan yang terbaik untuk Korea Selatan," ucap Park Hang-seo, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Vnexpress.net, Selasa (28/8/2018).
"Tetapi sekarang, sebagai pelatih kepala tim Vietnam, saya memiliki tanggung jawab melakukan yang terbaik untuk membantu pertempuran Vietnam ke babak final,” imbuh Park Hang-seo setelah kemenangan atas Timnas U-23 Suriah.
Jika dibandingkan dengan Luis Milla dalam hal pengalaman bermain dan melatih, Park Hang-seo kalah kelas.
Sebelum menerima tawaran melatih Vietnam, Park Hang-seo adalah pelatih "rumahan" alias berkutat di negerinya sendiri, Korea Selatan.
Park Hang-seo memulai karier melatih tahun 2002 dengan mengasuh Timnas U-23 Korea Selatan.
(Baca Juga: Pertahankan Luis Milla Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Ini Alasan PSSI)
Setelah itu berturut-turut melatih Gyeongnam FC, Chunnam Dragons, Sangju Sangmu, dan Changwon FC, semuanya klub di Korea Selatan.
Kala aktif sebagai pemain pun, Park Hang-seo "tak mau keluar" dari Negeri Ginseng.
Sebagai gelandang saat itu, di level klub Park Hang-seo memperkuat Korea First Bank FC, Army FC (dalam rangka wajib militer), dan Lucky-Goldstar Hwangso (FC Seoul).
Di level timnas, Park Hang-seo pernah memperkuat Timnas U-20 Korea Selatan, Timnas Korea Selatan B, dan Timnas Korea Selatan utama.
Sebagai pemain, Park Hang-seo ikut mempersembahkan gelar juara K-League 1 tahun 1985 bersama Lucky-Goldstar Hwangso.
Sebagai pelatih, Park Hang-seo sukses memberikan gelar K-League 2 dua kali (2013 dan 2015) kepada Sangju Sangmu, dan medali perunggu kepada Timnas U-23 Korea Selatan di Asian Games 2002.
Park Hang-seo awalnya ditunjuk sebagai pelatih Timnas Vietnam senior pada 15 Oktober 2017.
Lalu, mulai 1 Januari 2018, Park Hang-seo dipercaya melatih Timnas U-23 Vietnam.
Park Hang-seo diharapkan terus bersama Vietnam hingga 2020.
(Baca Juga: Supardi Sebut Gaya Main Timnas Indonesia Era Luis Milla Mirip dengan Saat Ditangani Pelatih Ini)
"Saya akan memberikan semua pengetahuan, filosofi, dan semangat kepada Vietnam, yang telah memilih saya."
Itulah kalimat pertama Park Hang-seo dalam konferensi pers usai diperkenalkan sebagai pelatih Vietnam.
Park Hang-seo menanamkan filosopi kepada pemain dapat bergerak sebagai satu unit dan memaksimalkan permainan terorganisasi.
Pengganti Nguyen Huu Thang itu juga meningkatkan kecepatan dan penguasaan bola tim.
Misi pertama Park Hang-seo waktu itu adalah meloloskan Timnas Vietnam ke Piala Asia 2019, yang akan digelar di Uni Emirat Arab, 5 Januari-1 Februari 2019.
Misi itu terwujud, Vietnam lolos sebagai runner-up Grup C.
Misi berikutnya adalah memperbaiki peringkat Vietnam di FIFA.
Saat ditunjuk menjadi pelatih, Vietnam berada di peringkat ke-130 FIFA.
"Saya ingin menempatkan Vietnam di puncak di Asia Tenggara, kemudian di Asia," tegas Park Hang-seo.
"Selama masa jabatan saya, saya ingin meningkatkan peringkat FIFA Vietnam ke suatu tempat sekitar 100."
"Berdasarkan apa yang kami lihat dari Korea Selatan di Piala Dunia 2002, ini bukan tugas yang mustahil," tegas Park Hang-seo penuh semangat.
Kini, misi itu boleh dibilang tercapai, karena dalam rilis terakhir 16 Agustus 2018, Vietnam berada di peringkat ke-102 FIFA.
Gaji
Media Vietnam melaporkan, sebagaimana dikutip BolaSport.com dari Kantor Berita Yonhap, Park Hang-seo menerima gaji per tahun antara 240.000 hingga 260.000 dolar AS.
Dalam kurs mata uang rupiah saat artikel ini ditulis (Rp 14.619 per 1 dolar AS) nilai itu setara dengan Rp 3,5 miliar hingga Rp 3,8 miliar.
Jika kita ambil angka tertinggi Rp 3,8 miliar, maka dalam sebulan Park Hang-seo menerima gaji sekitar Rp 316 juta.
Namun, Park Hang-seo telah mengganti lebih uang gaji yang dikeluarkan Federasi Sepak Bola Vietnam itu dengan gelar runner-up Piala Asia U-23 2018 di China.
Dalam final Piala Asia U-23 itu, Timnas U-23 Vietnam kalah 1-2 lewat perpanjangan waktu dari Timnas U-23 Uzbekistan.
Selain runner-up, Timnas U-23 Vietnam juga meraih penghargaan tim terbaik (fair play) di Piala Asia U-23 2018.
Jika pembaca masih ingat atau mengikuti perkembangannya, Park Hang-seo dan Timnas U-23 Vietnam disambut gegap-gempita bagai pahlawan agung oleh seluruh rakyat Vietnam saat tiba di Hanoi.
Timnas U-23 Indonesia tak tampil di Piala Asia U-23 2018 itu karena Luis Milla gagal meloloskan Saddil Ramdani dkk dari kualifikasi.
Kegagalan Luis Milla itu sebetulnya sudah menjadi "kode keras" bagi PSSI untuk memperbaiki sejumlah kesalahan.
Terbukti, sebulan berikutnya Luis Milla gagal mencapai target medali emas di SEA Games 2017, karena hanya bisa membawa pulang perunggu.
Dan, setahun kemudian Luis Milla kembali gagal mencapai target semifinal setelah dihentikan Uni Emirat Arab di babak 16 besar Asian Games 2018.
Padahal, Luis Milla bukan sosok sembarangan.
Kala aktif sebagai pemain yang berposisi gelandang bertahan, Luis Milla memperkuat Barcelona, Real Madrid, dan Valencia.
Sebelum melatih Timnas U-23 Indonesia tanggal 20 Januari 2017, Luis Milla sempat mengasuh Timnas U-19 Spanyol, U-20, U-21, hingga U-23.
Luis Milla juga pernah melatih Al Jazira di Uni Emirat Arab dan beberapa klub di Spanyol seperti Real Zaragoza.
Sejumlah gelar dipersembahkan Luis Milla kala memperkuat Barcelona, Real Madrid, dan Valencia.
Namun, tak ada gelar saat berperan sebagai pelatih.
Enam hari setelah diresmikan sebagai pelatih Timnas U-23 Indonesia, Wakil Ketua Umum PSSI kala itu, Iwan Budianto, berbicara kepada pers ihwal gaji Luis Milla.
"Nilai kontrak pelatih baru tiga kali lipat Alfred Riedl," ungkap Iwan Budianto.
Iwan Budianto tak menyebutkan angka persis gaji Luis Mila.
Namun, sebelum Luis Milla, secara historis ada dua pelatih asing di Indonesia yang digaji paling tinggi.
Yang pertama Peter Withe, dikontrak dari Maret 2004 hingga November 2007.
Dalam laman resmi PSSI, gaji Peter Withe saat itu mencapai 11.000 dolar AS (sekitar Rp 146 juta) sebulan.
Akan tetapi, setiap tahun Peter Withe juga menerima kenaikan 1.000 dolar.
Itu artinya Peter Withe mengantungi gaji bulanan 14.000 dolar AS yang setara Rp 186 juta tahun 2007.
Pelatih asing bergaji tertinggi kedua adalah Alfred Riedl.
Pria Austria itu ditugasi menangani Timnas Indonesia untuk Piala AFF 2016.
Alfred Riedl gagal mempersembahkan gelar juara Piala AFF 2016 setelah dikalahkan Thailand 2-0 di final.
Nilai kontrak Alfred Riedl saat itu diyakini Rp 150 juta hingga Rp 200 juta sebulan dalam jangka waktu satu semester (enam bulan).
Lalu, bagaimana perbandingan gaji Alfred Riedl dengan Luis Milla?
Seperti kata Iwan Budianto, gaji bulanan Luis Milla tiga kali lipat dari Alfred Riedl.
Sumber lain menyebutkan, gaji Luis Milla menyentuh angka Rp 1 miliar.
Dengan angka itu, Luis Milla dinobatkan sebagai pelatih asing termahal dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Kini, setelah gagal meraih emas SEA Games 2017, gagal lolos ke Piala Asia U-23 2018, dan gagal ke semifinal Asian Games 2018, PSSI berharap Luis Milla bisa mempersembahkan tropi Piala AFF 2018.
Piala AFF 2018 akan digelar 8 November-15 Desember 2018 dengan sistem kandang-tandang.
Timnas Indonesia berada di Grup B bersama juara bertahan Thailand, Filipina, Singapura, dan pemenang play-off antara Brunei dan Timor Leste.
Harapan PSSI dan ratusan juta rakyat Indonesia kali ini teramat besar kepada Luis Milla, karena Timnas Indonesia belum pernah juara.
Sepanjang keikutsertaannya di Piala AFF sejak 1996, prestasi terbaik Timnas Indonesia adalah runner-up sebanyak lima kali.
Selamat kembali bertugas, Coach!
Rakyak Indonesia mendukungmu!
Editor | : | Gangga Basudewa |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar