Luis Milla merespons netizen Indonesia yang menginginkan dirinya kembali melatih timnas Indonesia melalui twitter pada Jumat (30/11/2018).
Akun sosial media Luis Milla kembali banjir ucapan kerinduan dari warganet Indonesia yang menginginkan ia kembali melatih timnas Indonesia.
Tak terkecuali, di akun sosial media twitter.
Para pecinta sepak bola tanah air baru saja mengetahui masalah penunggakan gaji Luis Milla oleh PSSI melalui program acara Mata Najwa Trans 7, Rabu (28/11/18) malam.
Hal ini diketahui melalui pernyataan Fanny Irawan, mantan Deputi Sekjen PSSI.
Baca Juga:
- Wakil Sulsel Raih Juara Liga Liga Desa Nusantara 2018
- Hadapi Persib Bandung, Misi Persela Akhiri Liga 1 2018 dengan Manis Temui Kendala
"Ketika saya pertama kali mendengar ada isu bahwa Luis belum dibayar dua bulan. anda tau jawaban dia ? gak ada masalah," kata Fanny Riawan.
Fanny Irwan pun menegaskan jika Luis Milla adalah pelatih terbaik karena tidak ingin mencampurkan urusan pribadi ke ranah umum.
"Di forum ini saya ingin menunjukkan kepada semua para suporter Indonesia, Luis is the best coach (Luis adalah pelatih terbaik). Kenapa? Karena Luis tidak mau mempermasalahkan urusan pribadi menjadi ranah umum, dan saya sangat respek masalah itu," kata Fanny Irawan.
Mengetahui pengakuan demikian, para pecinta sepak bola Indonesia kembali menyebut-nyebut nama Luis Milla melalui sosial media.
Baca Juga:
- Djanur Ditodong Pertanyaan soal Pengaturan Skor Setibanya di Medan, Begini Jawabannya
- Mario Gomez Tak Muncul Saat Sesi Jumpa Pers Pra-pertandingan Persib Vs Persela
Salah satu warganet asal Indonesia, @ArinzaHaiqal pun mengunggah video dengan caption ,"Semoga anda kembali coach Luis Milla."
Ia mengunggah video saat Stefano Lilipaly mencetak gol penyama kedudukan pada laga melawan Uni Emirat Arab di fase 16 besar Asian Games 2018.
Luis Milla ternyata memberi balasan kepada @ArinzaHaiqal
Thank you!!
— Luis Milla (@Luismillacoach) 30 November 2018
"Terima kasih!," tulis Luis Milla.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | twitter.com/ArinzaHaiqal |
Komentar