Sebagai pelatih yang datang dari Spanyol, Luis Milla diharapkan menularkan gaya tiki-taka ke timnas Indonesia. Namun, penampilan Garuda Muda di Kualifikasi Piala Asia U-23 memperlihatkan betapa Evan Dimas cs. belum fasih mewujudkan filosofi Milla itu.
"Tiki-taka ala Luis Milla sebenernya merupakan versi terbaru. Tim diharapkan tak cuma bisa menguasai bola dengan baik, tapi juga menerapkan skema serangan balik seperti yang dipakai Claudio Ranieri di Leicester," kata Wakil Kepala Departemen Timnas, Fanny Riawan.
"Milla mengharapkan pemain depan bisa membantu pertahanan. Selain itu, pemain belakang juga mesti bisa ikut mencetak gol. Jadi, tidak bisa diperkirakan lagi siapa yang mencetak gol," tutur Fanny.
Selintas, pernyataan Fanny sudah terlihat di timnas U-22. Garuda Muda unggul penguasaan bola saat menghadapi Malaysia (55%) dan Mongolia (70%).
Baca Juga: Inilah Kegiatan Gary Neville Selama di Pulau Bali yang Bikin Fans Iri
Saat menghadapi Thailand, penguasaan bola kedua tim sama-sama berada di angka 50%.
Di sisi lain, pemain belakang seperti Gavin Kwan Adsit juga bisa mencatatkan nama di papan skor ketika menghadapi Mongolia.
Namun, bila diteliti lebih dalam, barulah terlihat kelemahan timnas U22.
Demikian berdasarkan data yang dirangkum oleh Labbola.
"Timnas memang unggul penguasaan bola. Akurasi operan juga baik, mencapai 70 hingga 80-an persen. Saat melawan Malaysia, timnas cuma kehilangan bola 10 kali, sementara lawan kehilangan 23 kali," kata perwakilan Labbola, Uzzy Assidra, di sela-sela acara Forum Diskusi BOLA, Rabu (26/7/2017).
"Masalahnya, kita juga harus mencermati bahwa pemain timnas sudah kehilangan bola saat baru melakukan maksimal 3 kali passing. Karenanya, saya melihat bahwa penguasaan bola yang diinginkan Milla ternyata belum bisa diterapkan dengan baik oleh pemain timnas," kata Uzzy.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | - |
Komentar