"Ketika berbaris mau masuk ke lapangan pun, kami sudah memberikan psywar ke pemain Persib Bandung. Kalau enggak digitukan, mustahil PSMS Medan bisa juara Perserikatan. Sebenarnya, sesama pemain sudah saling kenal, tetapi saat mau tanding pura-pura tak kenal."
Begitulah petikan cerita Amrustian soal serunya el clasico sepak bila Indonesia antara PSMS Medan versus Persib Bandung.
Amrus, panggilan Amrustian, menjadi saksi hidup sekaligus pemain yang berhasil mengalahkan Persib Bandung melalui adu penalti di final Perserikatan 1985.
"Jadi, setiap PSMS Medan bertemu Persib memang harus diberikan shock therapy. Mulai dari mulut, kaki, dan tangan harus main. Supaya mental mereka jatuh dan tak bisa bermain bola," ucap Amrustian.
Baca Juga:
- Ini Komentar Steven Gerrard soal Penalti ABBA Arsenal Vs Chelsea di Community Shield
- Ezra Walian Trial di West Ham United
Jika hal itu tak dilakukan, pemain Persib Bandung akan leluasa memainkan bola sepanjang pertandingan. Harus diakui, secara individu Ajad Sudrajad dkk lebih unggul dalam kualitas.
"Memang pertemuan dua tim itu luar biasa. Kami bahkan nyaris mau berkelahi, tetapi tentu saja tidak pernah berkelahi," ujar Amrustian.
Meskipun PSMS Medan menjadi juara, bukan berarti melupakan kehebatan Persib Bandung.
Amrustian menilai bahwa permainan tim berjulukan Maung Bandung itu seperti Barcelona saat ini.
"Jadi, kalau sekarang orang heboh dengan tiki-taka Barcelona, padahal di era Perserikatan, Persib Bandung sudah memainkan gaya itu. Main bola kaki ke kaki dan cantik sekali," kata Amrustian soal Persib Bandung.
Pelatih PSMS Medan saat final perserikatan, Parlin Siagian, juga mengaku kehebatan materi pemain Persib Bandung.
Secara teknis, kata Parlin, tidak ada celah untuk mengalahkan Persib.
"Mereka jelas unggul di setiap lini. Makanya, satu-satunya cara mengalahkan mereka adalah dengan fanatisme. Kemudian, saya juga menumpukkan pemain di lini tengah agar sulit ditembus," kata Parlin Siagian.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar