The Cage Sports Park, Salah Satu Surga Pencinta Olahraga di Singapura

Peningkatan prestasi olahraga suatu negara tentu setidaknya akan selalu berjalan beriringan dengan keseriusan atlet, pembinaan, dan infrastruktur penunjang.

Laporan langsung BolaSport.com dari Singapura. 

Berbicara soal infrastruktur penunjang, hal yang paling berpengaruh dan memiliki andil besar dalam meningkatkan kualitas para atlet adalah tersedianya banyak sarana latihan dengan kualitas yang memadai di suatu negara.

Singapura, dengan luas wilayah hanya 720 km persegi dan populasi penduduk sekitar 5,6 juta jiwa, mereka memiliki banyak sarana olahraga yang memadai. Hal ini membuat mereka dapat mengembangkan bakat-bakat olahraga yang dimiliki dengan mudah dan sarana yang mencukupi.

The Cage Sports Park (TCSP) di Turf City adalah salah satu komplek olahraga terbesar dan juga salah satu yang terbaik yang dimiliki Singapura saat ini.

(BACA JUGA: Terungkap! Sylvano Comvalius Ungkap Rahasia Dibalik Insiden Adu Pukul dengan Stefano Lilipaly)

Berlokasi di dataran tinggi nan sejuk didaerah Bukit Timah, komplek TCSP Turf City yang telah berdiri sekitat 10 tahun terakhir ini memiliki banyak sarana olahraga multicabang yang digemari di Singapura.

Untuk cabang sepak bola, TCSP Turf City memiliki enam lapangan yang lima di antaranya berada di posisi yang berdekatan dan salah satunya indoor.

Meski keenam lapangan tersebut tidak memiliki ukuran minimum yang telah ditetapkan FIFA, yaitu 90x45 meter, tetapi masih cukup luas untuk menggelar permainan 11 vs 11.

Terlebih lapangan-lapangan yang ada memiliki kualitas permukaan yang baik dengan rumput artifisial atau sintetis.

Lapangan-lapangan tersebut sudah beberapa kali dipercaya menjadi tuan rumah turnamen-turnamen bertaraf internasional, salah satunya adalah Singa Cup 2017 yang saat ini tengah bergulir.

Selain dapat dipergunakan untuk menggelar turnamen, sangat terbuka bagi masyarakat untuk bisa menyewa fasilitas tersebut dengan minimnya peluang mengantri karena memiliki banyak lapangan.

Harga sewanya pun bervariasi antara 100-300 dolar Singapura atau sekitar Rp 991.000 hingga 2,97 juta, tergantung pemilihan hari dan jam bermain.

Dengan upah terendah warga Singapura sebesar 1,200 dolar Singapura (kurang dari Rp 12 juta) per bulan dan minim pengangguran, artinya tarif sebesar itu yang harus dibayarkan oleh setidaknya 22 orang sekali bertanding tidak akan memberatkan warganya untuk mengasah kemampuan atau sekedar menjalankan hobi.

(Baca Juga: Bali United jadi Satu-satunya Tim Liga 1 yang Sukses Hancurkan Angkernya Stadion Andi Mattalatta Matoangin)

Selain lapangan sepak bola, TCSP Turf City juga memiliki sarana olahraga lainnya yanng cukup populer di Singpura, yaitu mini soccer, futsal, basket, tenis, cricket, berkuda, angkat besi, gym, rugby, hingga lintasan off road alami, gokart, hingga paint ball.

Ketersediaan banyaknya sarana di Singapura ini terbukti telah meningkatkan kualitas olahraga mereka dalam beberapa taun terakhir.

Contoh paling nyata yang baru-baru ini terjadi ada di SEA Games 2017 di Kuala Lumpur.

Meski posisi mereka merosot jika dibandingkan saat menjadi tuan rumah pada edisi 2015, Singapura berhasil mengumpulkan 57 emas, 58 perak, dan 73 perunggu menggungguli Indonesia yang meraih 38 emas 63 perak dan 90 perunggu.

SEA Games 2017 itu menjadi edisi kedua Singapura mampu berada di atas Indonesia. Padahal, disepanjang sejarah ajang multievent terbesar se-Asia Tenggara itu, Indonesia tidak pernah berada di bawah Singapura, bahkann ketika mereka menjadi tuan rumah sekalipun.

(Baca Juga: Musim ini Jadi Keempat Kalinya GP Valencia Jadi Seri Penentu)

Selain itu, bukti bahwa olahraga Singapura mengalami peningkatan juga terlihat di ajang Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil.

Untuk kali pertama di sepanjang sejarah, Singapura sukses menyabet medali emas. Mereka ukses meraihnya melalui cabang renang di nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra atas nama Josep Schooling.

Di partai final, Schooling mampu mengalahkan perenang terbaik dunia seperti Michael Phelps (Amerika Serikat), dan Chad le Clos (Afrika Selatan) serta Laszlo Cseh (Hungaria).