Keberhasilan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjuarai Torabika Campus Cup 2017 setelah mengalahkan UPI Bandung dalam laga final yang diadakan di Stadion Cakrawala Universitas Negeri Malang pada (23/11/2017) tidak sepenuhnya membuat UMM gembira. Mereka justru merasa tidak enak karena laga diwarnai insiden walk out UPI.
“Keputusan tersebut tentu membuat kami kecewa, mengapa pertandingan tidak dilanjutkan saja sampai selesai. Kalaupun wasit memberikan penalti dan itu dirasa tidak sesuai mereka bisa protes. Menjadi juara seperti ini tidak enak. Kami sudah bermain luar biasa,” ujar pelatih UMM, Arif Trisandi.
Dalam laga yang digelar di tengah guyuran hujan deras tersebut UMM menang telak 4-1. UPI memilih mundur lantaran merasa dikerjai habis-habisan oleh wasit, puncaknya pada menit 71 ketika wasit Bangil Saputra asal Kota Batu menunjuk titik putih.
Keputusan tersebut dinilai UPI janggal dan mereka memilih untuk meninggalkan lapangan pertandingan.
(Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Jamin Penyelenggaraan Asian Games Sudah Masuk Alokasi APBN 2018)
Berbeda dengan pernyataan Arif, pelatih UPI Ramdhan Breh mengungkapkan bahwa aksi walk out dilakukan karena kepemimpinan wasit dan permainan tim lawan mencederai hukum fair play yang sudah didengungkan di awal digelarnya turnamen Torabika Campus Cup 2017.
“Semua bisa melihat, pemain kami dipukul dan ditendang tapi tidak ada pelanggaran. Tapi berbeda jika mereka tidak ada kontak serius tapi mereka dapat pelanggaran dan akhirnya mampu mencetak gol,” ujarnya.
Ramdhan menilai bahwa jika pertandingan dilanjutkan maka akan percuma karena mereka merasa sudah pasti akan dikerjai wasit lagi.
“Itu yang menyebabkan kami mundur, kalau pertandingan dilanjutkan percuma saja karena wasit mengerjai kami,” paparnya.
Editor | : | Ferril Dennys Sitorus |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar