Publik Sumatera Selatan tentu masih teringat memori laga penuh gengsi dan sarat emosi antara Sriwijaya FC Vs PSMS Medan pada Final Divisi Utama 2007/2008.
Saat itu Sriwijaya FC menghadapi PSMS Medan dalam duel memperebutkan gelar tertinggi di Liga Indonesia itu, pada musim 2007/2008, atau tepatnya 10 Februari 2008.
Laga tersebut menjadi sangat spesial bagi publik Laskar Wong Kito mengingat ini jadi kesempatan pertama mereka yang masih berusia empat tahun untuk menyabet gelar paling bergengsi di Indonesia.
Kedua tim pada saat itu diperkuat oleh kiper berlabel timnas Indonesia, Markus Harisson atau kini menjadi Markus Haris Maulana (PSMS Medan) dan Ferry Routinsulu (Sriwijaya FC).
Kala itu laga berjalan alot dengan skor 1-1 hingga harus dilanjutkan ke babak tambahan dan skor berakhir 3-1 untuk kemenangan Sriwijaya FC yang juga dilatih Rahmad Darmawan (Pelatih SFC saat ini).
Gol yang paling diingat adalah gol tembakan jarak jauh playmaker mungil SFC, Zah Rahan pada menit ke-114 yang memanfaatkan kelengahan Markus, sudah terlanjur maju ke depan tetapi terlambat kembali ke gawangnya.
(Baca juga: Jakmania, Ini Perbandingan Biaya Sewa SUGBK dan Stadion Patriot)
Selebrasi gol Zah Rahan yang menyilangkan kedua tangan dan mengayunkannya sebagai isyarat pertandingan sudah selesai menjadi sangat melekat di publik SFC.
Empat tahun berselang, kedua tim terpaksa harus berpisah setelah PSMS Medan terdegradasi musim 2011/2012 dan derbi Sumatera sudah tiada sejak pertemuan terakhir tahun 2009.
Derbi Sumatera memang lebih cocok disematkan pada pertandingan kedua tim ini dibanding pertemuan Sriwijaya FC Vs Semen Padang yang lebih cocok di juluki derbi Andalas.
Editor | : | Stefanus Aranditio |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar