Bukan hanya gol indah dan kemenangan yang ditunggu pendukung Persebaya Surabaya, Bonek, saat menyaksikan tim kesayangan mereka berlaga di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT).
Namun, juga ada hal lain yang selalu dirindukan setiap berada tribun, yaitu lumpia.
Bagi pendukung Persebaya, kue bernama lumpia ini memang sudah puluhan tahun selalu menamani penonton di tribun.
Bahkan, saat Bajul Ijo masih bermarkas di Stadion Gelora 10 November, lumpia sudah menjadi teman setia Bonek.
Harga yang murah dan rasanya enak membuat jajanan yang riwayatnya berasal dari Tiongkok ini menjadi pilihan Bonek untuk mengganjal perut di Stadion Tambaksari, nama poputer Stadion 10 November.
Lumpia pun tidak terpisahkan dengan Bonek. Mencicipi lumpia saat menyaksikan Persebaya seperti sudah tradisi bagi mereka.
(Baca Juga: Persebaya dan Permainan Penuh Nyali ala Alfredo Vera)
Hikayat makan lumpia saat menyaksikan laga Persebaya bukan kebetulan. Kebiasaan in diciptakan oleh penduduk di kawasan Tambaksari sejak puluhan tahun lalu.
Entah siapa yang mengawali, yang pasti hingga saat ini ada tiga gang di perkampungan Tambaksari di mana warganya dikenal sebagai pembuat lumpia.
Meski Persebaya pindah ke Stadion GBT sejak dua tahun lalu, keberadaan 'Lumpia Tambaksari' tetap bisa dinikmati oleh para Bonek.
Bahkan, selama perhelatan Piala Presiden 2018, manajemen Persebaya mengelola penjualan lumpia dengan cara baru.
Salah satunya, dengan menyediakan lapak khusus 'Lumpia Tambaksari' di lorong Tribun VIP Stadion GBT.
Setiap penonton yang hendak masuk ke tribun pasti melewati lapak ‘Lumpia Tambaksari’ dan bisa langsung membelinya.
"Lumpia sudah identik dengan penonton Persebaya. Untuk itu, menajemen Persebaya berusaha mengelolanya. Khusus di VIP, kami pilihkan lumpia paling enak,” ujar Sonny Baksono, kordinator penjual lumpia di tribun VIP Stadion GBT.
Diceritakan oleh Sonny, ide melestarikan ‘Lumpia Tambaksari' ini datang langsung dari Presiden Persebaya, Azrul Ananda.
Sanjung PSMS Medan, Ini Kata Otavio Dutra https://t.co/JvJ90s7hJD
— BolaSport.com (@BolaSportcom) February 2, 2018
Tujuannya tak lain agar kerinduan penonton VIP terhadap lumpia seperti ketika di Tambaksari bisa terobati.
"Waktu itu beliau bilang, lumpia yang di VIP harus pilihan karena penontonnya juga beda. Kami lalu berputar di tiga gang kampung Tambaksari, di pusat pembuatan lumpia. Akhirnya ketemu dan Pak Azrul sudah coba dan suka, akhirnya kami pilih ini, " ucapnya.
Karena kualitas dan rasanya berbeda, Lumpia Tambaksari yang berada di VIP dijual dengan harga 5000 setiap buahnya.
"Pembuatnya tetap dari warga Tambaksari, Cuma, ini yang paling enak. Tidak keras, tetapi empuk dan isinya tentu masih segar, " ucap Sonny.
Sementara di tribun ekonomi, manajemen Persebaya juga merangkul semua pedagang lumpia secara resmi.
Pada saat pertandingan Persebaya melawan Madura United, total ada sekitar 390 pedagang asongan yang terorganisasi dengan rompi khusus.
Penjual lumpia panen besar pada pertandingan terakhir babak penyisihan Grup C Piala Presiden 2018, 28 Januari lalu, tersebut.
Sebab, ketika itu, jumlah penonton yang hadir sebanyak 50 ribu orang, atau terbanyak sebanyak turnamen pramusim edisi ketiga itu
"Bagaimana pun, sepak bola sekarang sudah menjadi industri. Pedagang kami organisasi dengan rapi agar mereka tetap bisa berjualan dan mendapatkan penghasilan. Termasuk para pedagang lumpia ini," tutur Sonny.
Untuk lumpia yang dijajakan di tribun ekonomi, harganya tentu saja berbeda.
Para Bonek bisa menikmati penganan ini dengan berbagai varian harga, rata-rata harganya Rp. 5.000 untuk tiga buah lumpia.
Saat pertandingan sudah berakhir, biasanya para pedagang akan memberi diskon khusus.
(Baca Juga: Ini Kabar Terbaru Proses Naturalisasi Bek Tangguh Persebaya)
Sejatinya, lumpia merupakan jajajan khas yang jamak ditemui dalam pertandingan sepak bola asal Jawa Timur.
Selain di markas Persebaya, lumpia juga bisa dijumpai di laga kandang Persela Lamongan, Persegres Gresik, Persekap Pasuruan, Persibo Bojonero dan setiap laga di Stadion Delta Sidoarjo.
Editor | : | Andrew Sihombing |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar