BOLASPORT.COM – Penyerang Indonesia, Andik Vermansah akhirnya jadi bagian Kedah FA, klub Liga Super Malaysia untuk musim 2018. Setelah menandatangani kontrak, Andik pun lega dan berani bicara soal banyak hal yang menggantungnya lebih dari dua bulan terakhir.
BolaSport.com menuliskan saga penentuan pilihan klub yang akan dibela Andik Vermansah musim 2018 sejak Senin (5/2/2018).
Ketika mencoba menghubungi pemain berusia 26 tahun via aplikasi chat WhatApps, Andik membaca pesan yang terkirim.
Tetapi, Andik sama sekali tak membalas, walau pada Kamis (8/2/2018) kembali dikirim chat dengan pertanyaan soal Kedah FA.
(Baca juga: Rapor Pemain Indonesia pada Dua Laga Awal Liga Malaysia 2018 - Evan Dimas Paling Sukses)
Padahal, Andik yang dikenal pesepak bola yang ’open’ pada teman media tak pernah seperti ini.
Akhirnya, Andik menjawab chat baru pada Jumat (9/2/2018) malam tepat pukul 20.00 WIB.
”Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bicara,” begitu balasan Andik dalam empat kata itu.
Mendapat respons, BolaSport.com langsung mengirim pesan dengan permintaan untuk wawancara soal Kedah FA.
Andik pun dengan cepat menjawab, ”Kirim dulu saja pertanyaan, mas, nanti saya jawab. Saya balik dulu, ini masih di jalan.”
Sepertinya, Andik menjawab ini dalam perjalanan ke tempat tinggalnya dari kantor Kedah FA di salah satu sudut Kota Alor Setar.
Sore hingga petang, Andik berurusan dengan manajemen klub dengan julukan Helang Merah soal kontraknya.
Pada malam hari tepat pukul 21.52 WIB, Andik tak menjawab via mengetik pesan, tetapi menelepon dengan aplikasi WhatsApp.
(Baca juga: Bersama Kedah FA, Andik Vermansah Pilih Nomor Punggung Tak Terduga)
Sesi pertama obrolan berdurasi 17 menit dan 40 detik, lalu pembicaraan terputus.
BolaSport.com lalu balik menelepon pada 22.10 WIB dan kali ini pembicaraan berlangsung15 menit dan 24 detik.
Untuk hasil interview ekslusif ini, berikut pengakuan Andik Vermansah:
Selamat, Anda akhirnya memiliki klub baru…
Terima kasih. Pada momen ini, saya ingin membeberkan semua hal yang ramai akhir-akhir ini.
Saya ingin bicara juga soal tuduhan saya mata duitan dan rasa cinta saya untuk Persebaya.
Jadi bagaimana?
Sebenarnya, Selangor FA masih menginginkan saya untuk saat ini. Pada musim 2017, mereka sudah menginginkan saya bertahan.
Hal itu terbukti pada tiga pertandingan terakhir Selangor FA di Liga Super Malaysia 2017.
Saat itu, Selangor FA tak mengejar apa pun dan tim sudah aman dari degradasi. Lalu, pelatih P Maniam menanyakan ke saya soal kerja sama kami.
Beliau masih mengharapkan saya, tetapi pelatih juga tahu kalau Persebaya promosi ke Liga 1.
Pelatih Maniam tahu kalau saya ingin kembali ke Persebaya, apalagi klub itu kembali ke level atas Liga Indonesia lagi.
Meski begitu, saya tak langsung menolak keinginan dari Selangor FA.
Saya lalu menghubungi manajer saya (Muly Munial) soal tawaran perpanjangan kontrak ini.
Walau, sebenarnya saya sudah bulat ingin kembali ke Persebaya. Artinya, saya pun harus menyiapkan penolakan halus ke Selangor FA.
Saya sadar empat musim terakhir klub ini jadi bagian penting karier saya, tetapi Persebaya itu bagian dari jiwa saya.
Selepas dari Selangor FA pun saya menerima lima tawaran serius dari Malaysia.
Saya menerima kontak dari dua klub Liga Super Malaysia dan tiga klub Liga Premier Malaysia.
Salah satu klub Liga Premier Malaysia itu serius membangun tim untuk target promosi.
Tetapi, kembali lagi, saya ingin pulang ke Persebaya pada saat itu.
Anda sangat ngotot ingin kembali ke Persebaya saat Selangor FA masih ingin perpanjang kontrak, apa yang Anda lakukan?
Setelah kompetisi selesai, saya pun berlibur dan berharap bisa diajak negosiasi oleh Persebaya.
Tetapi, saya baca di media massa kalau Andik Vermansah tak masuk skema permainan Persebaya.
Statemen itu datang dari pelatih Persebaya.
Tahu enggak sampeyan, habis baca berita itu saya langsung seperti orang yang patah hati.
Patah hati ini lebih dari sekadar putus cinta, tetapi saya merasa kehilangan saudara. Saya sangat kecewa.
Namun, Anda akhirnya diberitakan dikontak Persebaya untuk melakukan nego atau pembicaraan soal tawaran main di sana. Bagaimana ceritanya?
Pada awal 2018, saya masih belum terlalu memikirkan soal pilihan main musim ini.
Tetapi, saat itu saya mulai berhubungan via WhatsApp dengan Mas Azrul Ananda (Presiden Persebaya).
Kalau soal Persebaya, saya memang tak mau berhubungan dengan yang lain selain Mas Azrul.
Hanya, beberapa kali chat dengan Mas Azrul jawabannya selalu lama.
Lalu, saat membela timnas Indonesia melawan Islandia, sekitar beberapa hari sebelumnya saya kontak Mas Azrul lagi.
(Sekedar info, laga Indonesia vs Islandia di Jakarta pada 14 Januari 2018).
Walau jawaban chat Mas Azrul lama, akhirnya saya diminta melakukan pertemuan di Jakarta saat bergabung dengan timnas.
Pada saat itu, sehari sebelum Indonesia melawan Islandia kan ada Kongres PSSI, ternyata Mas Azrul enggak ke Jakarta dan otomatis batal bertemu saya.
Manajer Persebaya, Chairul Basalamah, akhirnya yang menemui saya di Jakarta. Dia habis ikut Kongres PSSI.
Saat itu, Mas Azrul tidak berada di Indonesia, tetapi di Singapura. Kabarnya Pak Dahlan (Iskan, ayah Azrul) sedang dirawat karena sakit.
Saya pun ngobrol dengan Pak Chairul dan bicara soal harga kontrak.
Apakah manajer Anda tak melakukan nego dengan Persebaya, kok Anda melakukan pembicaraan sendiri?
Jadi begini, manajer saya sempat bicara dengan Persebaya, tetapi tak ada kemajuan.
Lalu, Bonek di luar sudah ramai sana-sini. Akhirnya saya minta sendiri nego dan soal harga.
Kembali ke pertemuan dengan Pak Chairul sebelum Indonesia vs Islandia, kami pun sepakat meneruskan pembicaraan lebih serius setelah saya balik dari timnas.
Kalau tidak salah, 18 Januari 2018 adalah batas pembahasan soal ini karena Pak Chairul tak ingin berlarut-larut.
Saat itu, saya juga telah mengajukan nilai kontrak ke beliau agar dipelajari lalu ditawar. Istilahnya, kalau orang jual beli mobil misalnya, ada proses tawar-menawar gitu.
Namun, selama menunggu waktu itu tak ada kontak penawaran.
Harapan saya ada penawaran dan ketika ketemu sudah ada bahan pembicaraan. Tetapi, blas enggak ada kontak apa pun.
Padahal, itulah tujuan saya memberikan tawaran harga.
Menjelang batas akhir waktu pertemuan, saya kembali mengirimkan chat ke Mas Azrul, tetapi respons juga tak ada.
Makanya, saya enggan melakukan pertemuan karena proses tawar-menawar kok tidak ada.
Padahal, saya sudah katakan dengan nilai itu bisa mulai dilakukan pembicaraan sebelum akhirnya bertemu.
Saya pikir hal itu wajar dan itulah harapan saya.
Akhirnya, Anda tak bertemu manajemen Persebaya dan muncul surat terbuka Azrul Ananda pada 22 Januari 2018.
Saya terus terang kaget, apalagi pada saat yang sama Bonek mulai memanas.
Ada Bonek yang memperolok saya, ada juga yang menjelekkan Persebaya.
Padahal, keadaannya tak seperti itu. Yang paling parah, ada gosip saya minta kontrak 3,5 miliar rupiah, itu tak benar.
Gara-gara gosip nilai kontrak itu, saya pun diserang dengan sebutan mata duitan.
Saya juga semakin kecewa, apalagi sebelumnya Persebaya telah menyebut saya tak masuk skema musim 2018.
Saya pun kecewa dua kali, saya mangkel pol, sangat enggak enak!
Anda dianggap mata duitan, apakah ada bukti kalau Anda tak seperti itu?
Nah, ini yang saya mau katakan ke semua orang soal tuduhan mata duitan.
Waktu Persebaya bubar pada 2013, saya sangat sedih, walau enggak sampai menangis, hati saya hancur.
Rapat terakhir yang dipimpin coach Ibnu Grahan memutuskan Persebaya tak latihan lagi.
Saya mungkin orang yang paling kecewa, marah, sedih, dan sakit hati.
Walau saya yakin Mat Halil, Endra Prast, dan juga Taufiq juga kecewa.
Pada saat Persebaya bubar, beberapa hari kemudian saya mendapatkan telepon dari Pak Ferry Paulus (Presiden Persija).
Sampeyan tahu enggak berapa tawaran Pak Ferry saat itu? Beliau ingin mengontrak saya untuk setengah musim Rp 750 juta.
Karena saat itu, ISL sudah jalan setengah musim.
Pada saat itu juga, saya memiliki kontrak dengan Persebaya semusim Rp 650 juta dan masih terutang.
Saya sempat bimbang, sebab tawaran Pak Ferry ini besar.
Namun, saya melihat Taufiq, Mat Halil, Endra Prast dan pemain lain. Kalau saya pergi ke Persija, bagaimana dengan mereka?
Selain itu, Persebaya satu-satunya yang ada di hati saya.
Akhirnya, saat pemusatan latihan timnas U-23 Indonesia ke SEA Games 2013 ada tawaran dari Selangor FA.
Langsung saya terima tawaran itu, tetapi saya juga kontak Pak Ferry untuk meminta maaf.
Kebetulan Pak Ferry sedikit bisa Bahasa Jawa, sebab saat itu saya meminta maaf dengan cara Jawa.
Kalau tidak percaya, tanya saja Pak Ferry.
Lantas, bagaimana dengan kabar soal kedekatan Anda dengan Persib Bandung sebelum deal dengan Kedah FA?
Sepekan terakhir sebelum ke Kedah FA, saya intens berhubungan dengan Pak Teddy (Tjahjono, Direktur PT Persib Bandung Bermartabat).
Saya lupa tanggalnya, saya bicara via telepon dengan beliau sampai jam dua dini hari.
Kami sepakat dan istilahnya saya dengan Persib sudah oke secara personal, tingga saya berangkat ke Bandung.
Beberapa anggota Viking senior juga tahu.
Sebab, saat itu saya katakan ke mereka termasuk Pak Teddy, di Indonesia, selain Persebaya saya hanya akan bermain untuk Persib.
Saat itu, ada lima klub Indonesia yang mengajukan penawaran ke saya.
Namun, Kedah FA kembali menghubungi dan mereka ingin saya datang ke Malaysia tengah pekan ini atau setelah saya bicara dengan Pak Teddy.
Akhirnya, saya setuju dan saya langsung kontak Pak Teddy. Saya minta maaf belum bisa bergabung dengan Persib.
Pak Teddy yang enggak banyak bicara paham dan tahu alasan saya kembali ke Malaysia, ya karena Persebaya.
Beliau sadar saya ingin seperti Steven Gerrard di Liverpool atau Francesco Totti bersama AS Roma. Ya, itulah keinginan saya dengan Persebaya.
Jadi, Anda sangat mepet melakukan nego, tes medis, dan penandatanganan kontak dengan Kedah FA?
Setelah pertandingan kedua Kedah FA pekan ini, pada Rabu (7/2/2018), saya mengurus semua keperluan.
Saya sangat sibuk tiga hari terakhir, termasuk mengurus keperluan ke PSSI, keimigrasian, dan yang lain.
Tetapi, alhamdulillah lancar, banyak yang membantu saya.
Saya pun terbang ke Alor Setar dan pada Kamis (8/2/2018) melakukan semua tes, termasuk kesehatan.
Hasilnya sangat bagus dan sejak itu mulai ramai pemberitaan. Lalu, Jumat (9/2/2018), saya resmi bergabung bersama Kedah FA dengan durasi semusim.
Saat penandatanganan kontrak, Anda memakai kaus hijau dengan gambar logo Bonek, apa maksudnya?
Hal itu sengaja saya lakukan, sebab saya itu cinta Persebaya, karena saya Bonek.
Semua juga perlu tahu, sebelum oke dengan Kedah FA dan selain Persib, di Indonesia ada klub yang siap membayar saya lebih mahal.
Tetapi, saya tetap mau bergabung Kedah FA karena saya cinta Persebaya.
Untuk pilihan nomor punggung, Anda memakai angka 30, apa alasannya?
Nomor pilihan saya sudah dipakai pemain Kedah FA lain.
Namun, nomor punggung 30 itu punya makna besar dalam karier saya.
Saat menjadi bagian tim Jawa Timur pada PON 2008 Kalimantan Timur, saya pakai nomor punggung 30.
Saya dan tim mempersembahkan emas. Momen itu salah satu yang paling berharga pada karier saya.
Bersama Kedah FA, apa yang dibebankan mereka musim ini untuk Anda?
Setelah saya deal dengan Kedah FA, pelatih Ramon Marcote bicara dengan saya.
Saya tak dimainkan sebagai winger bersama Kedah FA.
Tugas saya di tim ini baru, yaitu sebagai striker atau second striker.
Kalau ditanya siap, saya jawab siap melaksanakan karena totalitas dan untuk posisi itu pernah saya mainkan.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar