Diselenggarakannya babak delapan besar dan semifinal Piala Presiden 2018 dengan menggunakan Stadion Manahan Solo menjadi pintu rezeki bagi pedagang-pedagang baik yang berasal dari Solo maupun luar Solo.
Stadion Manahan Solo digunakan untuk pelaksanaan babak delapan besar Piala Presiden 2018 yang diselanggarakan 3-4 Februari 2018.
Sebanyak delapan klub dan tujuh komunitas suporter yang memberikan konfirmasi, hadir di Stadion Manahan Solo.
Melangkah ke babak semifinal, Stadion Manahan Solo kembali dipilih pada gelaran pertandingan antara PSMS Medan melawan Persija Jakarta yang menerapkan sistem kandang tandang.
(Baca juga: Dari Piala Presiden untuk Rakyat Indonesia)
Baik dari PSMS Medan maupun Persija Jakarta, kedua klub tersebut sama-sama memilih Stadion Manahan Solo sebagai kandang.
Secara tidak langsung, panpel membuka pintu rezeki kepada para pedagang yang menjajakan baik makanan maupun minuman pada pertandingan tersebut.
Ratusan pedagang hadir di Stadion Manahan Solo untuk memberikan logistik berbayar kepada suporter.
Tidak hanya di luar stadion, panpel pun memberikan izin untuk berdagang di dalam stadion dengan syarat cukup mudah.
Pedagang hanya harus membayar tiket sama dengan suporter sesuai dengan tribun yang digunakan sebagai lapaknya untuk berdagang.
Sementara untuk pedagang yang berada di luar stadion, hanya diminta uang kebersihan sebesar lima ribu rupiah sampai 10 ribu rupiah.
Syarat untuk berdagang tersebut dituturkan oleh pedagang kaki lima maupun pedagang asongan.
(Baca juga: Status Quo dan Kerugian Penerapan Aturan Financial Fair Play bagi Klub-klub Eropa)
Darsono, seorang pedagang kaki lima asal Jawa Timur menuturkan syarat yang harus ia penuhi untuk bisa berdagang di area Stadion Manahan saat ada gelaran pertandingan kepada BolaSport.com.
"Enggak ada syarat khusus sih, cuma disuruh bayar uang kebersihan saja sebesar 5 ribu sampai 10 ribu rupiah," tutur Darsono kepada BolaSport.com, Sabtu (3/2/2018).
Hal serupa tentang tidak adanya syarat khusus juga dituturkan oleh Wagimin, seorang pedagang asongan yang berjualan di dalam stadion.
"Enggak ada syarat khusus sih, cuma disuruh beli tiket sama kayak suporter," kata Wagimin kepada BolaSport.com, Senin (12/2/2018).
Syarat tersebut pun dimaksudkan untuk menanggulangi kecemburuan dari suporter kepada pedagang yang menjajakan dagangannya di dalam stadion.
Pasalnya, selain berdagang dan mendapatkan untung, pedagang juga bisa turut menyaksikan pertandingan sepak bola yang digelar.
Para pedagang tersebut pun mengaku senang dengan adanya kesempatan berjualan pada saat gelaran pertandingan.
(Baca juga: Mohamed Salah dan Konsep Dewa Pemersatu Bangsa Mesir)
Pasalnya, keuntungan yang diraup bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Baik dari pedagang jersey, makanan, maupun minuman, mendapatkan untung yang lebih banyak ketimbang hari-hari biasa.
Terlebih lagi, panpel tidak melakukan diskriminasi kepada pedagang atas asal daerah mereka masing-masing.
Piala Presiden tersebut dihiasi oleh pedagang dari beragam daerah.
Dari Jakarta, Jawa Timur, Sragen, dan pedagang dari kota-kota lain pun datang dan mencari rezeki di Solo.
Jumlah pedagang baik asongan maupun kaki lima, juga diumumkan oleh panpel sebagai bentuk transparasi kepada yang hadir si stadion.
Wagimin, pedagang asongan asal Sragen, mengaku senang dengan adanya pengumuman tersebut.
"Ya senang saja sih dengar pengumuman jumlah pedagang yang ada di stadion," ujarnya.
(Baca Juga: Eksklusif Andik Vermansah - Pengakuan soal Persija, Persib, Azrul Ananda, dan Uang 750 Juta)
Adanya wajah-wajah pedagang pada gelaran pertandingan membuktikan bahwa sepak bola bukan hanya sebagai hiburan yang merakyat bagi masyarakat umum maupun suporter, tetapi juga menjadi wadah dimana ekonomi kerakyatan diwujud nyatakan.
Multi fungsi dari gelaran sepak bola sebagai hiburan yang merakyat hingga perwujudan ekonomi kerakyatan pun dibuktikan dengan keuntungan yang diraih oleh para pedagang tersebut.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar