Tidak ada yang menyangka kalau pebalap Ducati asal Italia, Andrea Dovizioso, akan menjadi penantang terkuat juara bertahan MotoGP, Marc Marquez, pada MotoGP 2017.
Meski sempat meraih podium kedua di seri pembuka, rentetan posisi finis di papan tengah klasemen di empat seri berikutnya membuat Dovizioso hanya berada di peringkat keenam klasemen sementara.
Akan tetapi, peruntungannya berubah semenjak kemenangan yang dia raih pada GP Italia (4/6/2017).
Dovizioso berhasil menyabet lima kemenangan di seri terisa dan menjadi pebalap terakhir yang bertahan dalam perburuan titel juara bersama Marc Marquez.
Walau pada akhirnya hanya menjadi runner-up, hasil yang diraih Dovizioso membawa kebahagiaan tersendiri bagi seluruh kru tim Ducati.
(Baca Juga: Atlet Difabel Keluhkan Minimnya Publikasi Asian Para Games 2018)
"Ketika anda menjadi runner-up dan bersaing hingga saat terakhir, itu berarti anda nyaris mendapatkannya," kata kepala tim Gigi Dall'Igna dikutip BolaSport.com dari Paddock-GP.
"Itu tidak terjadi setiap tahun atau dialami setiap orang," imbuhnya.
Dovizioso sebenarnya bisa saja memperbesar peluangnya untuk menjadi juara.
Sayang hasil buruk kala finis ke-13 di Philip Island, Australia (22/10/2017), menjadi pukulan terbesarnya dalam bertahan di persaingan.
How to win in STYLE@AndreaDovizioso #CatalanGP pic.twitter.com/sfGFmHlUxL
— MotoGP (@MotoGP) December 19, 2017
Tertinggal 33 poin dengan dua seri tersisa membuat Dovizioso menjalani mission impossible untuk menyabet gelar juara MotoGP pertamanya.
"Kemenangan tentu akan membuatnya menjadi lebih baik. Tapi berpikir soal apa yang seharusnya dilakukan tidak akan mengubah hasilnya."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | paddock-gp.com |
Komentar