DOK. MOTOGP
Marc Marquez melakukan perayaan setelah berhasil mengunci gelar juara dunia ketujuh pada balapan MotoGP Jepang di Twin Ring Motegi, Jepang, Minggu (21/10/2018).
Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez , kembali ditasbihkan sebagai pebalap motor terbaik di dunia.
Keberhasilan meraih gelar juara dunia MotoGP 2018 membuat Marc Marquez mendapatkan penghargaan Autosport Awards Rider of the Year 2018.
Titel ini menjadi yang ketiga bagi pebalap kelahiran Cervera, Spanyol.
(Baca Juga: Bersama Sang Murid, Valentino Rossi Akhirnya Kembali Rasakan Gelar Juara )
Sejak kategori balap motor di tambahkan, Marquez selalu mendapatkan penghargaan tersebut.
Autosport Awards Rider of the Year bukan hanya diikuti dari ajang MotoGP , tetapi juga World Superbike dan ajang balap motor lainnya.
Marquez kembali berhasil mengungguli pebalap World Superbike, Jonathan Rea , yang juga menjadi juara dunia pada musim ini.
VIDEO
Namun, Marquez tidak bisa menghadiri acara penghargaan tersebut di London, Inggris, karena berbarengan dengan FIM Awards.
"Saya sangat senang untuk menerima penghargaan spesial ini," kata Marquez yang dikutip BolaSport.com dari Motorsport.
"Namun, tentu saja saya sangat menyesal tidak bisa hadir bersama Anda karena kami berada di Andora untuk FIM Gala," tutur Marquez dalam pesan video.
Sejak memulai debut di MotoGP pada 2013, Marc Marquez berhasil mendominasi balapan kelas premier tersebut.
Dari enam kesempatan, Marquez berhasil memenangkan lima gelar juara dunia MotoGP .
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar