DOK. MOTOGP
Valentino Rossi memeluk sang adik, Luca Marini, yang berhasil meraih podium pertamanya saat balapan Moto2 GP Jerman di Sirkuit Sachsenring, Jerman, Minggu (15/7/2018).
Adik Valentino Rossi , Luca Marini , memilih merendah disebut sebagai pesaing gelar pada musim depan.
Setelah Francesco Bagnaia promosi ke kelas MotoGP pada 2019, Luca Marini akan menjadi andalan Sky Racing Team VR46 dalam perebutan gelar juara dunia Moto2.
Luca Marini berhasil menampilkan performa impresif pada musim 2018, dimana untuk pertama kalinya naik podium dan meraih kemenangan.
(Baca Juga: Dani Pedrosa Jalani Debut sebagai Pebalap Penguji KTM Lebih Awal )
Peningkatan performa Marini dalam beberapa seri terakhir Moto2 2018 membuat dia diperhitungkan pada musim 2019.
Namun, Marini berpikir jika dirinya bukanlah favorit dalam perburuan gelar juara dunia Moto2 2019.
"Saya tidak berpikir saya benar-benar salah satu favorit," kata Luca Marini dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Jika Anda melihat peringkat klasemen Moto2 2018, Brad Binder (KTM) adalah yang pertema dari mereka yang tidak promosi ke MotoGP ," lanjutnya.
VIDEO
Menurut Marini, pebalap berkebangsaan Afrika Selatan itu mengetahui bagaimana mencetak poin di Kejuaraan Dunia.
Selain Binder, Marini juga menyebut adik Marc Marquez , Alex Marquez , juga menjadi kandidat kuat.
"Marquez dan Lorenzo Baldassarri juga kuat. Saya juga semakin baik, tetapi masih banyak yang harus saya lakukan," lanjutnya.
Dalam tes Jerez, Marini tampil gemilang dalam debut mesin Triumph menggantikan Honda.
Selama tiga hari uji coba di Sirkuit Jerez, Spanyol, Marini menjadi pebalap tercapat pada hasil kombinasi.
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar