GP Malaysia yang digelar siang nanti merupakan ajang Formula 1 terakhir yang digelar di Sirkuit Sepang, Malaysia
Malaysia menggelar ajang Formula 1 untuk pertama kali pada tahun 1999.
Termasuk GP Malaysia 2017 nanti, Negeri Jiran sudah menyelenggarakan lomba balap mobil jet darat itu sebanyak 19 kali.
Penjualan tiket F1 yang terus menurun dan lesunya tingkat kunjungan wisata menjadi alasan Pemerintah Malaysia menghentikan kerja sama dengan pihak F1.
Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk menggelar ajang F1 juga disinyalir sebagai penyebab mundurnya Malaysia.
(Baca juga: Malaysia Keluar dari F1, Ini Komentar Lewis Hamilton)
Dilansir BolaSport.com dari Forbes, suatu Negara diperkirakan harus mengeluarkan sekitar 31,5 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar 424 miliar rupiah pada tahun pertama penyelenggaraan F1 di Negara itu.
Biaya ini akan terus bertambah 5% di setiap tahun dan akan menyentuh angka 48,9 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar 658,8 miliar rupiah pada tahun ke-10.
Biaya fantastis yang dikeluarkan per tahun itu hanya untuk memperoleh lisensi penyelenggaraan dari pihak F1.
Pihak penyelenggara masih harus mengeluarkan biaya lain seperti perawatan sirkuit dan biaya operasional lainnya.
Biaya ini akan jauh membengkak jika seri tersebut digelar di sirkuit jalanan, apalagi pada malam hari seperti di Singapura.
Pihak F1 juga menerapkan aturan di mana Negara penyelenggara akan diikat selama selama 10 tahun kontrak.
Jika data Forbes ini valid, maka suatu Negara harus mengeluarkan total 396,2 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar 5,3 triliun rupiah hanya untuk menyelenggarakan F1 dalam 10 tahun.
Tidak mengherankan jika Malaysia harus berpikir ulang untuk menyelenggarakan ajang Formula 1 di tahun-tahun mendatang.
Tak hanya GP Malaysia, seri bergengsi F1 di GP Silverstone, Inggris juga terancam akan mundur juga karena alasan finansial.
Editor | : | Doddy Wiratama |
Sumber | : | Forbews.com |
Komentar