Pada 23 Januari 1995 Jorge Jose Emiliano dos Santos dikebumikan di tempat pemakaman Sao Joao Batista, Brasil.
Siapakah ia? Apakah ia pesepak bola ulung atau seorang pelatih ternama? Bukan kawan, karena pria kelahiran Rio de Janeiro adalah seorang wasit.
Namanya mungkin kurang menggaung di sepak bola internasional, namun di negaranya ia cukup dikenal.
Berbeda dengan wasit yang lain, Emiliano memiliki gaya flamboyan nan gemulai saat memimpin di lapangan
Lewat beberapa video lawas yang tersebar di dunia maya bisa dilihat bagaimana gerak-gerik spesial dari Emiliano.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Pemain Keluar dari Lapangan Pertandingan untuk Buang Hajat)
Gestur yang paling sering ia tunjukkan adalah mengangkat tangannya sambil meniup peluit awal dan akhir pertandingan.
Gaya kepemimpinannya di lapangan pun terlihat genit dan menarik perhatian penonton, Emiliano pun dijuluki wasit margarida.
Nama margarida, yang juga berarti bunga daisy, biasanya dipakai untuk menamai anak perempuan untuk orang-orang Portugis.
Bergaya seperti wanita yang tebar pesona di kepungan para pesepak bola pria, julukan margarida yang memiliki artian feminin dirasa pantas untuk Emiliano.
"Saya mungkin gemulai di lapangan, tetapi sejatinya saya adalah seorang pria jantan," ucap Dos Santos dikutip BolaSport.com dari majalah The Advocate terbitan tahun 1995.
Emiliano sayangnya tak menikmati hidupnya lebih lama di dunia.
Wasit yang mengaku dirinya seorang gay itu wafat di usia 40 tahun karena komplikasi penyakit AIDS yang dideritanya.
Namun julukan wasit margarida tak berakhir di Emiliano.
Tongkat estafet itu dilanjutkan pada wasit Brasil lain, Clesio Moreira dos Santos.
Terinspirasi dari tiga wasit margarida lainnya, Roberto Nunes Morgado, Alvir Renzi, dan Armando Marques, Clesio menggabungkan keempat style kepimpinan mereka menjadi lebih berwarna.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Debut Paolo Maldini di AC Milan)
Bak penari gerakan luwes seperti berlari ke belakang sering Clesio tunjukkan di lapangan.
Di laga persahabatan antara kubu bintang Brasil Douglas Costa melawan kubu surfer Gabriel Medina pada tahun 2016 Clesio juga pernah pamer aksi.
Dengan memakai setelan berwarna pink gaya centilnya ia perlihatkan pada khalayak, mulai dari memberi kartu dengan wajah menengadah sampai meniup peluit akhir diiringi tangan ke atas.
Kariernya sebagai wasit memang sudah berakhir pada tahun 2004, meski begitu Clesio masih sering menjadi pengadil lapangan di laga amatir atau laga amal.
Walau sering distigmakan sebagai penyuka sesama jenis karena gaya kepemimpinannya di lapangan, Clesio sebenarnya adalah seorang heteroseksual.
Melalui Jurnal do Povo pada 2005 ia mengaku memiliki istri dan tiga anak, satu perempuan dan dua laki-laki.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Dari Berbagai Sumber |
Komentar