Thomas Tuchel resmi menggantikan Unai Emery untuk menjadi pelatih Paris Saint-Germain per 1 Juli 2018. Tuchel langsung dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Dilansir BolaSport.com dari France Football, berikut ini 3 tantangan besar yang harus dituntaskan Thomas Tuchel di Paris Saint-Germain:
3. Tancapkan Taring di Liga Champions
Menjuarai Liga Champions merupakan impian sejak lama dari para petinggi Qatar Sports Investment yang dipimpin oleh Tamim bin Hamad Al-Thani.
Sejak kedatangan Tamim bin Hamad Al-Thani pada 2011, Paris Saint-Germain tak pernah melampaui perempat final Liga Champions.
Dalam dua musim terakhir, nasib PSG bahkan lebih nahas, di mana dua kali tersingkir pada babak 16 besar.
PSG ditundukkan FC Barcelona (4-0, 1-6) pada 2017 dan Real Madrid (1-3, 1-2) pada musim ini.
(Baca Juga: Penyesalan Arsene Wenger soal Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi)
Para pendahulu Thomas Tuchel, seperti Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, dan Unai Emery, harus gigit jari di Liga Champions.
Mereka sacara bergilir gagal mendaratkan trofi Si Kuping Besar di markas PSG.
Sebuah tugas berat untuk Thomas Tuchel mengingat prestasi terbaiknya bersama Borussia Dortmund di Liga Champions "cuma" perempat final pada 2016-2017.
2. Sapu Bersih Kompetisi Lokal
Rentang kekuatan antara Paris Saint-Germain dan klub-klub pesaingnya di Prancis memang terbilang timpang.
Oleh karena itu, PSG berkewajiban untuk menyapu bersih trofi kompetisi lokal, mulai dari Liga Prancis, Piala Prancis, sampai Piala Liga Prancis.
Sejak dikuasai oleh pemilik baru, Qatar Sports Investment, dengan presiden anyar, Nasser Al-Khelaifi, pada 2011, Paris Saint Germain begitu ambisius untuk mendominasi skala nasional.
(Baca Juga: Jadi Top Scorer Ketiga Barcelona, Philippe Coutinho Sedih)
Dalam tujuh musim belakangan, tim beralias Les Parisiens ini telah memenangi 5 Liga Prancis, 4 Piala Prancis, 5 Piala Liga Prancis, dan 5 Piala Super Prancis.
Jika berkaca pada pengalaman di dunia kepelatihan, Thomas Tuchel baru sekadar meraih Piala Jerman atau DFB Pokal bersama Borussia Dortmund pada 2017.
Perbedaannya, dulu Thomas Tuchel menukangi Borussia Dortmund, yang berada di bawah bayang-bayang tim raksasa Jerman, Bayern Muenchen.
Kini, Tuchel bisa diibaratkan membesut Bayern Muenchen-nya Prancis.
1. Menjinakkan Neymar
Tak dapat dimungkiri bahwa Neymar adalah anak emas di Paris Saint-Germain.
Thomas Tuchel mesti mengeluarkan berbagai macam trik untuk menjinakkan Neymar.
Bukan hal yang mustahil, tetapi pemain seperti Neymar membutuhkan perhatian khusus.
(Baca Juga: Buffon Sebut 5 Kiper Penerus, Salah Satunya Lahir di Indonesia)
Apalagi, bintang berpaspor Brasil ini mempunyai label 222 juta euro yang menjadikannya pemain termahal dunia.
Juru taktik PSG terdahulu, Unai Emery, pun sempat mengungkapkan bahwa Neymar merupakan orang nomor satu di dalam skuat melebihi dirinya.
"Saya tahu ketika saya adalah orang nomor satu dalam tim dan ketika tidak. Neymar tiba di PSG untuk menjadi pemimpin, untuk menjalani proses yang diperlukan demi menjadi pemain nomor satu dunia," kata Unai Emery kepada majalah The Tactical Room.
"Di Manchester City, Pep Guardiola adalah pemimpin. Di PSG, Neymar adalah pemimpin," ucap Emery lagi.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | transfermarkt.com, francefootball.fr |
Komentar