Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal dunia dalam usia 38 tahun di RSUD dr Soegiri, Lamongan, Minggu (15/10/2017).
Berikut ini BolaSport.com merangkum kronologis dan penjelasan dokter RSUD dr Soegiri terkait tutup usianya Choirul Huda:
1. Choirul Huda mengalami benturan keras dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dalam laga Liga 1 pekan ke-29 antara Persela Lamongan dan Semen Padang di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu (15/10/2017) sore WIB.
Insiden tersebut terjadi pada menit ke-44 ketika Persela sedang unggul 1-0.
Dalam momen itu, lutut Ramon mengenai dada Huda dengan keras saat keduanya sama-sama ingin mengamankan bola dari ancaman penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento.
(Baca Juga: Hasil Liga Italia - Derbi Milan Sempurnakan Banjir 24 Gol pada Hari Minggu!)
2. Choirul Huda sempat meringis kesakitan.
Tim medis bergegas masuk ke lapangan.
Tak lama kemudian, Huda pingsan.
Tim medis menempatkan Huda di tandu, lalu membawa ke luar lapangan.
"Tadi masih sadarkan diri dan mengeluh sakit di bagian dada, terus kemudian tidak sadar," ujar salah satu tim medis yang membantu evakuasi ke rumah sakit.
(Baca Juga: VIDEO - Suasana Haru Iringi Pemakaman Sang Kapten Persela, Choirul Huda)
3. Tim medis bergerak cepat untuk menangani Choirul Huda.
Huda kemudian diberikan alat bantu pernapasan dari tabung oksigen.
4. Choirul Huda dibawa ke RSUD dr Soegiri dengan ambulans.
5. Setibanya di RSUD dr Soegiri, Choirul Huda sempat mendapat penanganan dari pihak RS sebelum dinyatakan meninggal dunia.
(Baca Juga: Pesepak Bola Belanda Ikut Kirim Ucapan Duka Cita atas Meninggalnya Choirul Huda)
Terkait peristiwa tersebut, pihak dari RSUD dr Soegiri Lamongan, yakni dokter Yudistiro Andri Nugroho, Spesialis Anastesi (Kepala unit Instalasi Gawat Darurat), memberi penjelasan.
Menurut pemeriksaan, Huda mengalami trauma benturan sehingga menyebabkan henti napas dan henti jantung.
"Choirul Huda mengalami trauma benturan dengan sesama pemain sehingga terjadi apa yang kita sebut henti napas dan henti jantung. Oleh teman-teman medis di stadion sudah dilakukan penanganan pembebasan jalan napas dengan bantuan napas. Kemudian, Huda dirujuk ke UGD RSUD dr Soegiri. Di ambulans, Huda juga ditangani secara medis untuk bantuan napas maupun untuk penanganan henti jantung," ujar Yudistrio Andri, Minggu.
Dia menjelaskan, pihak RS kemudian melakukan pemasangan alat bantu pernapasan terhadap Choirul Huda.
"Sesampainya di UGD, Huda segera ditangani. Kami melakukan pemasangan alat bantu napas yang sifatnya permanen. Kami lakukan inkubasi dengan memasang alat semacam pipa napas. Itu yang menjamin oksigen bisa 100 persen masuk ke paru-paru. Dengan itu, kami harapkan kami melakukan pompa otak sama jantung," tuturnya.
Dokter Yudistrio mengatakan, setelah diberi penanganan, sempat ada respons dari Choirul Huda, tetapi kemudian menurun.
"Sempat ada respons dari Choirul Huda dengan adanya gambaran kulit memerah, tetapi kondisinya tetap semakin menurun. Pompa jantung dan otak itu dilakukan selama satu jam tidak ada respons. Tidak ada refleks tanda-tanda kehidupan normal. Kemudian, kami menyatakan Huda meninggal pada pukul 16.45. Kami sudah mati-matian untuk mengembalikan fungsi vital tubuh Choirul Huda," ujarnya.
"Sesuai analisis awal benturan ada di dada dan rahang bawah. Ada kemungkinan trauma dada, trauma kepala, dan trauma leher. Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu, ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung, dan napas," tuturnya.
Editor | : | Bagas Reza Murti |
Sumber | : | BolaSport.com, kompas.com |
Komentar