"Ban kapten ini yang menambah kepercayaan diri untuk selalu tampil bagus. Saya harus pandai membawa diri dan menjaga kepercayaan publik Lamongan," kata Choirul Huda pada Tabloid BOLA edisi 1.356, 21 Oktober 2003.
Saat itu, Choirul Huda memang menjadi magnet klub-klub besar seperti Persebaya Surabaya yang terkenal dengan logo ikan sura (hiu) dan buaya, serta juara bertahan Persik Kediri alias Macan Putih.
Maklum, Huda yang masih berusia 26 tahun, menunjukkan performa yang apik ketika membela Persela di Divisi I.
(Baca Juga: Choirul Huda dan Para Pesepak Bola Nasional yang Meninggal Dunia Setelah Beraksi di Lapangan)
Tak heran, Persela memagari aset berharganya itu dengan memberikan ban kapten.
"Posturnya ideal dan refleksnya bagus. Usianya pun relatif muda," ujar Iwan Budianto yang ketika itu menjabat sebagai Manajer Persik Kediri.
Walau Huda mengakui senang bila membela Persebaya atau Persik, Huda pun tak berminat sama sekali meninggalkan Surajaya.
(Baca Juga: Choirul Huda dan Para Pesepak Bola Nasional yang Meninggal Dunia Setelah Beraksi di Lapangan)
"Siapa tak senang tampil di Persebaya atau Persik. Tetapi kalau disuruh memilih, saya tentu bangga bila tetap bermain di Lamongan," kata Huda.
Kini kesetiaan Huda terjawab sudah, ia pun hanya membela Persela sampai akhir hayatnya.
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar