Liga 1 telah selesai satu minggu lalu dan Bhayangkara FC keluar sebagai sang Juara.
Liga 1 menjadi liga yang sah diakui FIFA setelah PSSI di banned beberapa tahun silam.
Liga 1 tahun ini yang dikelola oleh PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) menyisakan banyak kontroversi.
Mulai dari pro dan kontra penggunaan jasa wasit asing, penambahan poin Bhayangkara FC, hingga denda ratusan juta rupiah terhadap klub, suporter ataupun panpel.
Hal ini disoroti oleh General Manajer Arema FC, Ruddy Widodo menilai hal tersebut bisa dibilang sia-sia.
“Sebenarnya, regulasinya sudah bagus. Namun, penerapanya masih sering tidak konsisten.”
“Itu yang banyak menimbulkan kontroversi,” kata Ruddy Widodo.
(Baca Juga: Ultras Lazio Berikan Penghormatan untuk Gabrielle Sandri di Derby Roma)
Ruddy mencontohkan penerapan denda untuk pelanggaran suporter seperti menyalakan cerawat, bom asap, petasan hingga nyanyian rasis.
Denda berupa uang ratusan juta tidak akan menghentikan atau memberikan efek jera kepada suporter.
Menurut Ruddy, suporter akan terus mengulangi kesalahan yang sama karena mereka tidak membayar denda tersebut, tetapi klub yang membayarnya.
Ruddy menyarankan pada PSSI jika hukuman akan lebih efektif jika diganti dengan laga usiran atau tanpa penonton.
“Mungkin lebih efektif ketika hukuman diubah menjadi pertandingan tanpa penonton atau dimainkan di luar kandang,” tegas Ruddy.
Manajemen Arema FC juga ingin operator liga harus tegas dan teliti dalam menerapkan regulasi yang sudah disetujui bersama sebelum kompetisi dimulai.
“Jika bisa maksimal, tim bisa konsentrasi saat bertanding,” terangnya.
Editor | : | Stefanus Aranditio |
Sumber | : | suryamalang.tribunnews.com |
Komentar