HERKA YANIS PANGARIBOWO/JUARA.NET
Penyerang Yabes Roni merayakan skor imbang tanpa gol saat Bali United dijamu Persija Jakarta pada pekan ketujuh Liga 1 di Stadion Patriot, Kota Bekasi, 21 Mei 2017. Bersama Ricky Fajrin, Yabes Roni dikabarkan diincar klub Malaysia dan Thailand.
Setelah sukses menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013, Yabes Roni yang tak tampil pada turnamen tersebut dipanggil untuk Kualifikasi Piala Asia U-19 2014 di Jakarta.
Yabes Roni mencetak satu gol saat mengalahkan Filipina dengan skor 2-0.
Namun, Yabes dicoret saat timnas U-19 Indonesia tampil di Piala Asia U-19 2014.
(Baca Juga: Misteri di Balik Pengunduran diri Widodo Cahyono Putro, Benarkah Irfan Bachdim Jadi Penyebabnya? )
Adapun Ricky Fajrin , baru bermain dua kali di bawah arahan Indra Sjafri di timnas U-19 Indonesia .
Dua laga tersebut merupakan laga persahabatan yang digelar oleh timnas U-19 Indonesia .
Akan tetapi, karier Ricky Fajrin mengilap di level timnas U-23 hingga kini dipercaya menjadi bek tengah di timnas senior Indonesia.
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar