surya.co.id/Sugiharto
Sesi foto Persela Lamongan sebelum laga menjamu Persib Bandung pada pekan ke-33 Liga 1 2018 di Stadion Surajaya, Lamongan, Sabtu (1/12/2018).
Skuat besutan Aji Santoso itu menjadi tim kontestan yang tak terkalahkan di kandang sepanjang gelaran Liga 1 2018 .
Memainkan 17 laga di Stadion Surajaya , Saddil Ramdani dkk tak pernah tertunduk malu lantaran dipecundangi tamu-tamunya.
Dari 17 laga itu, mereka mampu memenangi 10 laga.
(Baca Juga: Teco: Persija Harus Rela 'Berdarah-darah' Jika Ingin Pulang dengan Senyuman )
Dari 10 kemenangan di kandang itu, di antaranya tercipta kala bersua tim-tim tangguh macam Persija Jakarta (2-0), Persipura Jayapura (3-2), Bhayangkara FC (2-0), hingga Arema FC (4-0).
Sementara itu, tujuh laga sisanya hanya berakhir imbang.
Persela tidak jadi kontestan Liga 1 2018 satu-satunya yang tak terkalahkan di kandang sepanjang musim.
Sebelumnya, Barito Putera telah memastikan diri lebih dahulu setelah mampu memenangi laga kontra Borneo FC dengan skor tipis 1-0.
Ada 17 laga Barito Putera di kandang diakhiri dengan sembilan kemenangan dan delapan kali hasil imbang.
(Baca Juga: Gol Telat Samsul Arif Jadikan Barito Putera Tak Terkalahkan di Kandang Sepanjang Liga 1 2018 )
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on Nov 30, 2018 at 10:05pm PST
Komentar