CHRISTINA KASIH/BOLASPORT.COM
Pelatih Persib Bandung, Roberto Carlos Mario Gomez saat laga melawan PSIS Semarang di Stadion Moch Soebroto Magelang, Minggu (18/11/2018).
Pelatih Persib Bandung, Mario Gomez, menyanyangkan hasil imbang 1-1 timnya saat bertemu Persela Lamongan pada pekan ke-33 Liga 1 2018 di Stadion Surajaya, Lamongan, Jawa Timur, Sabtu (1/12/2018).
Persib Bandung sempat tertinggal satu gol lebih dahulu pada babak pertama melalui tendangan 12 pas dari Wallace Costa menit ke-35.
Sebelum akhirnya Ezechiel N'Douassel baru bisa menyamakan kedudukan pada menit ke-56.
Dalam pertandingan itu gol-gol yang tercipta dari kedua tim dicetak melalui titik putih.
(Baca juga: Lawan Persela Lamongan, Ini Harapan Bobotoh untuk Persib Bandung)
Hasil imbang itu pun membuat Persib untuk sementara mengisi posisi tiga klasemen Liga 1 2018 dengan koleksi 51 poin.
Menanggapi hasil imbang yang diterima anak asuhnya, Gomez pun merasa sedikit kecewa.
Dikutip BolaSport.com dari laman Persib, Minggu (2/12/2018) bagi Gomez hasil imbang yang diterima timnya sangat disayangkan.
(Baca juga: Sindiran Oknum Fan saat Hadapi Bhayangkara FC Berujung Sanksi bagi Persebaya)
Menurutnya, Persib Bandung gagal mencetak gol kemenangan meski sempat mendapatkan beberapa peluang.
"Kita tak bisa memanfaatkan beberapa peluang. Sayangnya kita gagal membuatnya menjadi gol," ujar Gomez.
View this post on Instagram
Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on
Komentar