Dunia sepak bola Sumatera Selatan tengah berduka. Awan mendung menggelayut seusai salah satu klub kebanggaan warga Palembang, Sriwijaya FC, dipastikan terdegradasi dari Liga 1 2018.
Pada laga pamungkas Liga 1 2018, Sriwijaya FC dipaksa tumbang dari tuan rumah Arema FC dengan skor 1-2 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (9/12/2018).
Kekalahan itu sekaligus membenamkan Sriwijaya FC pada peringkat ke-17 klasemen akhir Liga 1 2018, alias dua strip dari bawah.
(Baca Juga: Eks Kiper Timnas Indonesia Tak Kuasa Menahan Air Mata saat Saksikan Sriwijaya FC Terdegradasi)
Pada klasemen akhir, tim berjulukan Laskar Wong Kito ini hanya mampu mengantongi total 39 poin hasil dari 11 menang, enam imbang, serta 17 kali kalah.
Alhasil, mereka terpaksa angkat koper dari Liga 1 dan turun kasta ke Liga 2 pada musim depan.
Baca Juga:
- Dengan Mata Berkaca-kaca, Striker Persebaya Ungkap Keraguan Soal Masa Depannya
- Dua Striker Asing Persib Bandung Terlibat Perselisihan pada Laga Pamungkas Liga 1 2018
- Seto Nurdiantoro Persembahkan Gelar Juara PSS Sleman untuk Hendika Arga Permana
Hal ini ibarat keruntuhan terbesar bagi Sriwijaya FC lantaran selama ini mereka selalu menjadi tim yang difavoritkan meraih juara pada setiap awal musim. Selain itu, Sriwijaya FC tak pernah merasakan turun kasta sejak era Liga Super Indonesia.
Bahkan, klub yang namanya diambil dari nama salah satu kerajaan besar di Nusantara pada masa silam, Sriwijaya, ini sempat merajai kompetisi kasta tertinggi sepak bola Tanah Air.
Terbukti, Sriwijaya FC sukses menggenggam dua gelar juara liga (Divisi Utama Liga Indonesia 2007 dan ISL 2012) serta tiga trofi Piala Indonesia yang direngkuh tiga musim beruntun (2008, 2009 dan 2010).
Namun nahas, kejayaan mereka perlahan runtuh, serupa dengan apa yang dialami Kerajaan Sriwijaya.
Sejak kemunculannya, kemudian bergelimang kejayaan, lalu akhirnya Sriwijaya FC runtuh secara tak terduga.
Kejayaan memang tak pernah abadi. Seusai bertahan selama enam abad, Kerajaan Sriwijaya akhirnya runtuh pada abad ke-13.
Adapaun Laskar Wong Kito akhirnya harus terdegradasi ke kasta kedua seusai 14 tahun malang-melintang di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air.
Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya dan Sriwijaya FC pun tak terlepas dari intrik politik internal.
Seusai Raja Balaputradewa wafat pada tahun 835, Sriwijaya tak lagi menemukan sosok pemimpin yang adil dan bijaksana.
Hal ini pun memantik banyak pemberontakan di tubuh kerajaan karena ada sejumlah pihak yang saling berebut kekuasaan.
Sama halnya dengan klub Sriwijaya FC. Bukan rahasia bahwa klub yang bermarkas di Palembang ini menjadi kendaraan politik sejumlah penguasa.
Jabatan Presiden Klub hingga staff dalam manajemen klub ini banyak diisi orang-orang pemerintahan.
Bahkan tak jarang, klub ini digunakan sebagai alat kampanye untuk melenggangkan agenda politik demi merebut suara publik saat pemilu.
Salah satu indikasi yang ikut menguatkan dugaan bahwa Sriwijaya FC menjadi alat politik bagi petinggi klub pernah diungkapkan putri dari mantan pelatih Sriwijaya FC, Rahmad Darmawan, Febia Aldina Darmawan.
Febia mengungkapkan adanya praktik politik yang menunggangi Sriwijaya FC. Hal ini diungkapkannya lewat unggahan instastory pada akun instagram pribadinya.
"Ada salah satu tim sepak bola yang menjadi kebanggaan masyarakat di daerah tersebut," tulis Febia.
"Sejak musim baru bergulir, kelihatannya memang orang-orang di balik tim sepak bola ini serius untuk membuat timnya menjadi semakin maju bahkan sampai punya target juara."
"Datanglah hari saat Pilkada dilaksanakan. Dan ternyata hasil tidak sesuai dengan harapan. Sepak bolanya? Ya ikutan hancur," lanjutya dalam tulisan itu.
Untuk lebih lengkapnya, artikel ini sebelumnya telah tayang di BolaSport.com dengan judul: Sepak Bola di Tubuh Sriwijaya FC Tercampur Aduk oleh Politik?
Oleh karena itu, tak heran apabila saat mendekati tahun politik, biasanya pimpinan klub tersebut akan rela menggelontorkan dana melimpah demi belanja pemain kelas wahid.
Namun, ketika misi telah usai, klub itu biasanya akan kembali berjalan seperti biasanya: terkesan seadanya.
Puncaknya, tak lama setelah kalah pada Pilkada Gubernur Sumsel, Dody Alex Noerdin, Bupati Musi Banyuasin, yang juga merupakan anak Gubernur Sumsel, mundur dari jabatan sebagai Presiden Sriwijaya FC.
Mundurnya Dody Alex Noerdin tentunya meninggalkan goncangan di tubuh manajemen Sriwijaya FC.
Hal ini ditandai dengan eksodus pemain yang terjadi pada bulan Juli lalu.
Tercatat, selain sang pelatih Rahmad Darmawan, ada sembilan pemain Laskar Wong Kito yang memutuskan untuk angkat kaki dari Laskar Wong Kito.
Nama-nama pemain inti seperti Hamka Hamzah, Alfin Tuasalamony, Makan Konate, Mahamadou N'Diaye, Adam Alis dll memutuskan untuk mencari pelabuhan baru.
Kabarnya, eksodus pemain ini ditengarai adanya isu krisis finansial yang dialami Sriwijaya FC sehingga pihak manajemen tak mampu membayar gaji pemain.
Meski demikian, Direktur Utama Sriwijaya FC, Muddai Madang, mengaku siap mengembalikan masa kejayaan timnya.
Bahkan, Muddai Madang menyamakan kisah yang dialami klubnya dengan raksasa Italia, Juventus, yang pernah terdegradasi dari Serie A ke Serie B pada medio 2006.
"Juventus dan Sampdoria saja pernah degradasi dari Serie A Italia. Jadi, ini bukan akhir dari segalanya," kata Muddai dikutip dari laman resmi Liga 1, Rabu (12/12/2018).
Seperti Juventus yang hanya semusim di Serie B, Muddai juga menargetkan Sriwijaya agar hanya semusim di Liga 2.
Ia berjanji akan mengerahkan kekuatan maksimal bersama jajarannya menyambut kompetisi musim depan.
"Harus kembali ke habitatnya, yakni Liga 1 2020," ucap sosok yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu.
Oleh karena itu, direksi Sriwijaya FC meminta masyarakat Palembang dan Sumatra Selatan tidak lagi gaduh soal degradasi.
Sambil menunggu kepastian jadwal kompetisi Liga 2 musim depan, langkah pertama yang dilakukan direksi Sriwijaya FC adalah evaluasi tim.
Manajemen akan menentukan pemain yang tidak layak dipertahankan. Manajemen juga mempersilakan pemain yang ingin meninggalkan Sriwijaya FC.
View this post on InstagramHabis nyoblos, kita bersatu kembali dalam sepak bola. . #liga1indonesia #liga12019
Editor | : | Ramaditya Domas Hariputro |
Sumber | : | BolaSport.com, kompas.com, Harian Kompas |
Komentar