Mental pemain PSS Sleman sempat anjlok gara-gara dikerjai habis-habisan saat melakoni laga tandang melawan Cilegon United.
Mereka pun harus kehilangan tiga poin setelah Cilegon United mendapat hadiah penalti kontroversial di menit terakhir di pertandingan Grup A babak 16 Besar Liga 2 2017.
Duel di Stadion Krakatau Steel, Jumat (6/10/2017) pun berakhir imbang 2-2. Hasil itu menjadikan posisi PSS kian kritis.
Mereka berada di dasar klasemen dengan poin lima.
Pelatih Freddy Muli mengakui dirinya harus memulihkan mental pemain saat menghadapi Persis Solo di laga terakhir Grup A di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Selasa (10/10/2017).
“Saya fokus pada pembenahan mental. Kondisi mental pemain sempat anjlok karena dikerjai habis-habisan. Saya terus beri motivasi bahwa peluang ke perempat final masih terbuka,” kata Freddy.
“Tapi tak perlu kami memikirkan pertandingan lain. Yang penting kami harus bisa mengalahkan Persis. Pemain harus sepenuhnya fokus pada laga tersebut,” ujarnya.
(BACA JUGA: Persipura Jayapura Tolak Jatah AFC, Manajemen: Kami Malu!)
Menurut dia, pemain sesungguhnya menunjukkan mental yang bagus saat bermain di Cilegon.
Meski mendapat tekanan dan intimidasi dari pemain maupun suporter tuan rumah, namun mereka bisa bermain bagus.
Bahkan PSS mampu unggul dan nyaris meraih kemenangan sebelum digagalkan penalti di menit terakhir.
“Cilegon United tidak punya peluang. Mereka tak mampu menyerang dan tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya dapat peluang dari sepak pojok. Ini yang aneh, mereka buang bola tapi wasit malah beri sepak pojok. Bola mengenai paha dikatakan handsball,” beber eks pemain tim nasional era 1980-an ini.
Freddy menilai sepanjang kariernya sebagai pelatih barangkali wasit yang memimpin pertandingan Cilegon United melawan PSS disebutnya yang terburuk.
Editor | : | Stefanus Aranditio |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar