Keberhasilan PSS Sleman promosi ke Liga 1 2019 ternoda karena isu match fixing yang mencuat sejak beberapa waktu lalu.
Insiden match fixing atau yang biasa dikenal dengan pengaturan skor menyeret nama PSS Sleman.
Isu tersebut soal pengaturan skor laga PSS Sleman kontra Madura FC dalam pertemuan di Liga 2 2018.
PSS Sleman dan Madura FC tergabung dalam satu grup Wilayah Timur Liga 2 2018.
Kedua tim juga sama-sama lolos ke babak delapan besar mewakili empat klub dari Wilayah Timur.
Sepanjang gelaran Liga 2 2018, keduanya sudah bertemu empat kali. Dua kali bertemu di fase grup, dua lainnya babak 8 besar.
Madura FC unggul head to head dengan tiga kemenangan, sementara PSS hanya mampu meraih satu kemenangan saat babak 8 besar.
Manajer Madura FC, Januar Herwanto membongkar kasus pengaturan skor PSS Vs Madura FC sesuai fakta yang ia dapatkan.
Dalam ucapan Januar di Mata Najwa Trans 7, Rabu (28/11/2018) malam, ada salah satu anggota Exco PSSI yang meminta agar Madura FC mengalah dari PSS.
Januar pun tak segan mengungkap sosok Exco PSSI yang dimaksud. Anggota Exco PSSI tersebut yakni Hidayat.
Kata Januar, Hidayat sempat meminta timnya, Madura FC untuk mengalah dari PSS Sleman.
Januar mengungkap, Hidayat sempat menelpon dan menghubunginya melalui jejaring komunikasi WhatsApp.
Hidayat menawarkan uang sekitar 100 juta agar Madura FC mau mengalah dari PSS.
Bahkan jika menolak, kata Januar, Hidayat siap menambah nominal sampai akan membeli pemain Madura FC saat itu juga.
Namun Hidayat menyangkal tuduhan soal dirinya yang disebut menghubungi Januar sebagai manajer.
Baca Juga:
- Pemain Timnas Thailand Tertawakan Kondisi Rumput SUGBK
- Persib Bandung Selalu Melahirkan Talenta untuk Sepak Bola Indonesia
- Liga 1 - 5 Bomber Asing Jempolan yang Kontraknya Tuntas Akhir Musim 2018
"Lha saya manajernya, bagaimana dia tidak telepon. Lalu sama siapa lagi?" kata Januar.
"Waktu saya ditawarin seratus tidak mau, tetapi Pak Dayat mengancam membeli pemain kami," lanjutnya.
Hidayat saat itu tak hadir dalam acara, tetapi ia menanggapi lewat sambungan telepon.
Seolah tak mau terus dituduh, pria berkepala plontos itu sempat mengakui jika ia menghubungi manajemen tim.
Namun yang dimaksud, ia bukan mengontak Januar secara langsung sebagai manajer Madura FC.
Lebih lanjut, dalam penuturannya Hidayat mengatakan pembicaraan yang dilakukannya dengan manajemen Madura FC bukan soal pengaturan skor.
Hidayat yang juga pernah membawahi tim Madura FC itu melanjutkan, ia hanya meminta agar tim bisa bermain baik.
"Mana mungkin saya rugikan Madura FC, itu kan Madura FC klub saya juga," ucap Hidayat melalui sambungan telepon.
"Saya tidak pernah komunikasi dengan Januar. Memang saya pernah telepon dengan manajemen Madura FC, tapi saya lupa substansinya."
"Hanya intinya saya saat itu soal kerja sama meminta tim bisa bersama-sama tampil baik, soal kerja sama, tidak ada pengaturan skor," ujar Hidayat menyangkal.
Dalam empat pertemuan PSS versus Madura FC, ada satu insiden yang memang kontroversial.
Kejadian itu tak lain soal gol semata wayang PSS Vs Madura FC babak delapan besar Liga 2 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Selasa (6/11/2018).
Gol tercipta dari aksi bunuh diri sundulan pemain Madura FC, Chairul Rifan menit ke-81.
Chairul Rifan salah mengantisipasi bola umpan silang winger PSS Sleman, Ilham Irhaz dari sisi kanan pertahanannya.
Sebelum gol bunuh diri itu terjadi, Ilham Irhaz lebih dulu terlihat jelas berada dalam posisi offside.
Namun wasit Agung Setiawan tak menilai posisi Ilham Irhaz dalam keadaan offside.
Kini PSS Sleman telah memastikan diri promosi ke Liga 1 setelah berhasil menekuk Kalteng Putra 2-0 pada semifinal leg kedua Liga 2 2018, Rabu (28/11/2018).
Selain PSS, satu tim lain yang sudah menggenggam tiket promosi Liga 1 yakni Semen Padang setelah menekuk Persita Tangerang 3-1 pada waktu yang sama.
Redaksi BolaSport.com mengubah fakta kasus match fixing PSS Vs Madura FC dari semula pada babak 8 besar menjadi pertemuan kedua tim di Liga 2 2018.
Editor | : | Ramaditya Domas Hariputro |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar