Perhelatan Liga 2 2018 merenggut korban. Karier profesional tiga pesepak bola harus tenggelam atau berakhir selamanya.
Tiga pemain tersebut memiliki alasan berbeda, tetapi yang jelas dua dilandasi buruknya profesionalitas dan satu lainnya perihal sikap.
Ketiganya adalah Aldo Claudio (Persiwa Wamena), Hendika Arga Permana (PSIM Yogyakarta), dan Krisna Adi Darma (PS Mojokerto Putra).
Berbeda dengan Aldo Claudio dan Krisna Adi, Hendika Arga memilih tak melanjutkan sebagai pesepak bola setelah mengemukakan prinsip.
Pemain berusia 25 tahun itu memutuskan pensiun dini bersama PSIM Yogyakarta sebagai klub terakhir yang ia bela.
Baca Juga:
- Lagi, Dua Nama Exco PSSI Terseret dalam Pusaran Mafia Sepak Bola
- Liga 1, Empat Pemain Asing dalam Proses Naturalisasi
- Media Malaysia Bongkar Satu Lagi Nama Mafia Sepak Bola Indonesia
Sementara dua nama lain, Komite Disiplin (Komdis) PSSI mengeluarkan putusan larangan bermain dan berkecimpung di kompetisi resmi sepak bola Indonesia bagi Aldo dan Krisna.
Kasus terbaru menimpa Krisna Adi Darma. Sementara insiden yang melibatkan Aldo sudah sejak September 2018.
Semula gelaran Liga 2 2018 lebih dulu menenggelamkan karier Aldo Claudio, kemudian memunculkan kisah kelabu dari Hendika, lalu mengubur riwayat Krisna Adi.
Lantas bagaimana kronologi hingga menuntaskan karier profesional ketiga pemain tersebut? berikut simak.
Pertandingan melawan Persegres Gresik United menjadi yang terakhir bagi kapten Persiwa Wamena, Aldo Claudio berkecimpung di kompetisi resmi sepak bola Indonesia.
Aldo Claudio diganjar sanksi berat akibat ulah buruknya saat laga lanjutan Liga 2 Wilayah Timur.
Pertandingan kedua tim diselenggarakan di Stadion Gelora Joko Samudro, Gresik, Sabtu (15/9/2018).
Komdis PSSI memberi sanksi kepada Aldo yakni larangan beraktifitas sepakbola di lingkungan PSSI seumur hidup.
Aldo terbukti bersalah karena kedapatan memukul, menendang, dan mendorong wasit.
Kejadian itu dilakukan Aldo karena kecewa dengan kepemimpinan wasit yang memberikan hadiah penalti kepada Persegres.
Wasit Abdul Razak yang memimpin jalannya laga memberikan penalti kepada Pesegres pada menit ke-75.
Tak berselang lama, pemain yang pernah gabung TC timnas U-19 Indonesia untuk Piala AFF U-19 2016 malah terlebih dahulu memberikan pukulan ke arah Razak.
Kini Aldo tak lagi bisa menikmati ketatnya persaingan kompetisi resmi sepak bola Tanah Air.
Ia harus menerima kenyataan pahit akibat sikap tak terpuji kepada pengadil lapangan.
Hendika Arga Permana
Hendika yang merupakan kapten PSIM Yogyakarta memutuskan pensiun dini pada usia 25 tahun.
Padahal, Hendika sedang dalam persiapan babak 8 besar bersama tim barunya, PSS Sleman.
Kapten PSIM tersebut sepakat untuk membela PSS di babak 8 besar Liga 2 2018 berstatus sebagai pinjaman.
Keputusan pensiun diungkapkan Hendika Arga melalui akun instagram pribadinya @hendikaargapermana, Selasa (23/10/2018).
Banyak yang menyebut bahwa sang peman mendapat teror dari oknum fan PSIM hingga membuatnya terdesak.
Belum lagi kabar teror tersebut sampai menyerang keluarga Hendika Arga Permana.
Namun soal hal itu, sang pemain langsung menampik dan memberikan klarifikasi.
"Terkait bergabungnya saya di PSS dengan adanya suara-suara suporter yang macam-macam itu sebenarnya tidak ada masalah dan sama sekali gak ada teror atau bahkan ancaman."
"Harapan saya, teman-teman pemain khususnya 'produk lokal Kota Jogja' generasi yang akan datang dan seterusnya ketika mereka punya bakat bisa menikmati sepak bola dimanapun mereka memperkuat suatu tim."
"Karena sejatinya sepak bola itu menikmati, persaudaraan, dan sebagai hiburan kebahagiaan kenyamanan. InsyaAllah bisa bermanfaat buat semuanya," ujar Hendika dalam pernyataannya.
Krisna Adi Darma
Krisna Adi dapat dibilang sebagai korban pertama soal gencarnya isu match fixing sepak bola Indonesia belakangan ini.
Dalam rilis PSSI, Sabtu (22/12/2018), Komdis PSSI mengeluarkan putusan hukuman untuk PS Mojokerto Putra (PSMP) beserta satu pemainnya, yakni Krisna Adi.
PSMP dinyatakan terlibat skandal pengaturan skor Liga 2 2018 dan dihukum larangan berkompetisi di Liga 2 2019.
Sementara untuk Krisna Adi, sang pemain disebut sebagai pelaku praktik match fixing saat melawan Aceh United pada babak delapan besar Liga 2 2018.
Lebih dari itu sepakan penalti yang ia buat dinilai telah sengaja membuat timnya kalah dari Aceh United.
"Kami memiliki bukti-bukti yang kuat dari sejumlah pelanggaran match-fixing yang dilakukan PS Mojokerto Putra," kata Ketua Komdis PSSI, Asep Edwin, dilansir BolaSport.com dari rilis PSSI.
"Demikian halnya dengan saudara Krisna Adi Darma. Karena itu merujuk kepada pasal 72 jo.pasal 141 Kode Disiplin PSSI, PS Mojokerto Putra dihukum larangan ikut serta dalam kompetisi tahun 2019 yang dilaksanakan PSSI dan Krisna Adi Darma dilarang beraktivitas dalam kegiatan sepak bola di lingkungan PSSI seumur hidup," lanjut Asep.
Sebelumnya, masih dalam rilis PSSI, Komdis PSSI telah memanggil Krisna sebanyak tiga kali.
Namun mantan pemain PSIM Yogyakarta itu tidak hadir atau bahkan sekadar memberikan alasan.
Dengan adanya keterangan pendukung yang didapat dan referensi kasus hukum sepak bola, maka Komdis PSSI menghukum sanksi seumur hidup.
Editor | : | Ramaditya Domas Hariputro |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar