Jerman yang super. Publik Jerman identik dengan semboyan Deutschland ueber alles yang menggambarkan superioritas negara mereka atas yang lain. Slogan itu terbukti berlaku, setidaknya untuk dua kejuaraan sepak bola internasional musim panas ini.
Kalimat 'Deutschland, Deutschland ueber alles. Ueber alles in der Welt' langsung terpampang pada mukadimah stanza pertama di lagu kebangsaan Jerman, Das Lied der Deutschen, dalam versi lama.
Namun, syair gubahan Hoffmann von Fallersleben itu sedikit dimodifikasi. Pasca-Perang Dunia II, stanza pertama dan kedua ditiadakan karena kepentingan politik.
Ungkapan 'Deutschland ueber alles, ueber alles in der Welt' (Jerman di atas segalanya, di atas segalanya di dunia) sangat bermuatan sosialis hingga Jerman diinterpretasikan sebagai bangsa terunggul di dunia seperti ajaran Nazisme.
Sejak momen penyatuan Jerman Barat dan Timur pada 1991, lirik lagu kebangsaan pun dikonfirmasikan hanya memakai stanza ketiga yang diawali kalimat 'Einigkeit und Recht und Freiheit'.
Maknanya adalah 'persatuan dan keadilan dan kebebasan' yang kini menjadi semboyan mereka.
Meski terjadi perubahan, filosofi 'ueber alles' sepertinya masih tertanam - dalam arti positif - termasuk di dunia sepak bola.
Timnas Jerman bisa disebut mencuat sebagai percontohan terbaik di dunia saat ini dalam pengelolaan sumber daya pemain di segala level.
Hanya dalam kurun 48 jam, Jerman mewakilkan tim nasional mereka sebagai juara turnamen internasional pada dua strata berbeda.
Setelah gol tunggal Mitchell Weiser membawa Jerman menekuk Spanyol di final Piala Eropa U-21 (30/6/2017), torehan emas Lars Stindl memastikan Die Mannschaft menjuarai Piala Konfederasi 2017 dengan megalahkan Cile (2/7/2017).
"Saya sangat bangga dengan tim ini. Jerman tetap merupakan tim terbaik di dunia".
Joachim Loew, pelatih timnas Jerman
Level sepasang turnamen itu memang bukan kelas satu, tetapi sangat diapresiasi publik Jerman, bahkan secara global.
Hal itu karena timnas Jerman tak membawa materi terbaik untuk bertempur di kedua medan kompetisi tersebut.
Khusus di Piala Konfederasi, pelatih Joachim Loew hanya mengangkut tiga alumni tim mereka yang memenangi Piala Dunia 2014: Julian Draxler, Shkodran Mustafi, dan Matthias Ginter.
Angka rataan umur starter cuma 24 tahun dan 244 hari di final lawan Cile menegaskan Jerman sangat siap menghadapi masa depan.
Dengan mengistirahatkan 80 atau 90-an persen pemain lapis pertama Die Mannschaft (misalnya Manuel Neuer, Mats Hummels, atau Thomas Mueller), Joachim Loew kerap disebut tampil dengan 'tim B' atau 'tim kelas dua' di Rusia 2017.
Mungkin tidak sepenuhnya salah, tetapi hal itu sah saja kalau disebut meremehkan. Sesungguhnya, Loew bukan membawa pemain kelas dua, melainkan justru mengangkut para calon bintang.
Merekalah kelak yang bakal mengambil tongkat estafet dari Mueller dkk di masa depan.
Lagipula, label kelas dua kurang cocok lantaran roster Jerman di Piala Konfederasi 2017 dipadati pemain sarat pengalaman walau berusia muda.
Susunan starting XI Jerman saat melawan Cile di final mengumpulkan pemain dengan catatan kolektif lebih dari 2000-an penampilan buat klub masing-masing di liga elite Eropa.
Artinya, mereka sudah benar-benar masak secara mental ketika mentas di timnas. Karena itu, kurang klop kalau barisan pemain tersebut dikatakan rookie.
Jonas Hector dan Joshua Kimmich adalah pilihan utama Joachim Loew di pos full-back sejak Piala Eropa 2016.
Meski baru berusia 23 tahun, Draxler telah menjalani 240 partai level klub sejak 2010 bersama Schalke, Wolfsburg, dan kini Paris Saint-Germain.
Dua sensasi anyar, Leon Goretzka (Schalke) dan Lars Stindl (Gladbach), baru kelar melakoni musim yang luar biasa bersama klub mereka.
Ter Stegen sudah menjadi pilihan utama di FC Barcelona. Timo Werner merupakan orang Jerman tertajam musim lalu di Bundesliga 2016-2017 dengan koleksi 21 gol untuk RB Leipzig.
Pun paket Niklas Suele dan Sebastian Rudy, yang membuat kejutan bersama Hoffenheim untuk lolos ke Liga Champions 2017-2018 hingga mendapatkan 'promosi' berupa transfer ke Bayern Muenchen.
Dengan materi dan formasi eksperimental ini, Loew akhirnya bakal dibuat pusing.
Pusing dalam arti positif karena melimpahnya sumber daya di skuat Jerman, apalagi kalau menghitung kans para personel di Piala Eropa U-21 buat promosi ke tim senior.
Saking membeludaknya pilihan di kolam pemain Die Mannschaft ini, Loew dapat membentuk empat tim berbeda dengan kualitas yang tidak terlalu jauh levelnya.
Di luar empat tim virtual itu, bahkan terdapat 20-an pemain lain yang siap mengantre untuk mendapatkan tiket masuk timnas utama!
Kalau dilihat-lihat, komposisi materi berikut ini cukup potensial buat menaklukkan para pesaing meski dalam level berbeda.
Kini tinggal menyimak bagaimana Loew memadatkan puluhan stok pemain tersebut ke dalam laci mungil berisi 23 nama yang bakal didaftarkan ke Piala Dunia 2018 di Rusia nanti. Tentu dengan catatan Jerman menggaransi kelolosan dari kualifikasi.
Opsi 1 (Formasi 4-2-3-1)
- Kiper: Manuel Neuer
- Bek: Joshua Kimmich, Mats Hummels, Jerome Boateng, Jonas Hector
- Gelandang Tengah: Sami Khedira, Toni Kroos
- Gelandang Serang: Thomas Mueller, Mesut Oezil, Marco Reus
- Penyerang: Mario Gomez
Opsi 2
- Kiper: Marc-Andre ter Stegen
- Bek: Benjamin Henrichs, Benedikt Hoewedes, Shkodran Mustafi, Marcel Schmelzer
- Gelandang Tengah: Ilkay Guendogan, Julian Weigl
- Gelandang Serang: Leroy Sane, Mario Goetze, Julian Draxler
- Penyerang: Timo Werner
Opsi 3
- Kiper: Kevin Trapp
- Bek: Antonio Ruediger, Niklas Suele, Matthias Ginter, Marvin Plattenhardt
- Gelandang Tengah: Emre Can, Mahmoud Dahoud
- Gelandang Serang: Julian Brandt, Leon Goretzka, Kevin Volland
- Penyerang: Lars Stindl
Opsi 4
- Kiper: Bernd Leno
- Bek: Mitchell Weiser, Jonathan Tah, Thilo Kehrer, Yannick Gerhardt
- Gelandang Tengah: Sebastian Rudy, Kerem Demirbay
- Gelandang Serang: Andre Schuerrle, Max Meyer, Serge Gnabry
- Penyerang: Sandro Wagner
Pemain potensial lain di skuat
- Kiper: Oliver Baumann (Hoffenheim), Ralf Faehrmann (Schalke)
- Bek: Sven Bender (Dortmund), Niklas Stark (Hertha Berlin), Jeremy Toljan (Hoffenheim), Willi Orban (Leipzig), Dominique Heintz, Lukas Kluenter (Koeln), Robin Knoche (Wolfsburg)
- Gelandang: Christoph Kramer (Gladbach), Maximilian Arnold (Wolfsburg), Diego Demme (Leipzig), Nadiem Amiri (Hoffenheim), Lars Bender (Leverkusen), Dominik Kohr (Leverkusen), Daniel Didavi (Wolfsburg), Kai Havertz (Leverkusen), Amin Younes (Ajax), Karim Bellarabi (Leverkusen), Patrick Herrmann (Gladbach)
- Penyerang: Maximilian Philipp (Dortmund), Davie Selke (Hertha Berlin), Mark Uth (Hoffenheim), Max Kruse (Werder Bremen), Andre Hahn (Gladbach)
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar