Kisah Federico Bernardeschi seperti mengulang kisah 27 tahun silam. Pada musim panas 1990, Juventus merekrutpemain kesayangan publik Artemio Franchi, Roberto Baggio.
Transfer itu sampai memicu kerusuhan akibat ketidakpuasan fan kepada manajemen klub yang menjual pemain terbaik mereka ke tim rival yang sangat dibenci oleh publik.
Nyaris tiga dekade berselang, kejadian serupa terjadi.
Federico Bernardeschi, pemain yang baru saja menjadi kesayangan pendukung I Viola, kini menjadi anggota baru juggernaut Juventus.
Secara historis, setelah transfer Baggio, terdapat tujuh transfer pemain Fiorentina ke Juve, termasuk Berna.
Kepindahan pertama adalah Emiliano Moretti, kemudian Fabrizio Miccoli, Giorgio Chiellini, Valery Bojinov, Felipe Melo, dan yang paling gres adalah Norberto Neto.
Hanya, level kemurkaan fan pada transfer tersebut tak sebesar pada aksi Roberto Baggio atau Federico Bernardeschi.
Ada kemiripan antara Baggio dan Berna. Yang termudah adalah keduanya memakai nomor 10 di Fiorentina.
Posisi keduanya juga relatif sama. Baggio merupakan trequartista yang beroperasi di belakang penyerang.
Berna bisa berperan sebagai trequartista, hanya bukan di situ posisi favoritnya.
Ia cenderung lebih jago bermain di kedua sisi lapangan di pos gelandang serang berkat kecepatan lari dan keluwesan tubuh saat menggiring bola.
Kesamaan lain adalah keduanya berusia 23 tahun ketika transfer ke Juventus terjadi. Tentu kesamaan satu lagi yang sedikit sama tetapi berbeda adalah pengkhianatan yang mereka lakukan kepada Fiorentina.
Kubu Fiorentina, dan mayoritas penduduk Kota Firenze, sangat membenci Juventus karena alasan persaingan gelar.
Kubu I Viola merasa dirampok dalam perebutan scudetto 1981-1982.
Kedua tim punya poin 44 biji di puncak klasemen memasuki laga terakhir musim.
Fiorentina bertandang ke Cagliari, sementara Juve menjamu Catanzaro.
Fiorentina lantas bermain 0-0, sementara Juve menang 1-0 berkat penalti Liam Brady.
Intinya adalah Si Ungu merasa wasit di kedua laga itu tak adil.
Di satu sisi, Fiorentina tak mendapat penalti, sementara Juventus tak menderita penalti atas pelanggaran mereka terhadap pemain Catanzaro.
Di final Piala UEFA 1990, lagi-lagi urusan wasit jadi peningkat tensi kebencian Fiorentina atas Juve.
I Bianconeri menang agregat 3-1 atas Si Ungu di final yang digelar kandang-tandang.
Terkait soal pengkhianatan, Roberto Baggio belakangan mengaku tak ingin pindah ke Juve, tetapi Fiorentina membutuhkan dana besar demi menyelamatkan keuangan klub sehingga transfer harus dijalankan.
Bagaimana dengan Berna? Dirinya tumbuh sebagai pemain akademi Fiorentina sejak berusia 10 tahun.
Cuma pada saat dipinjamkan ke Crotone pada 2013-2014 ia tak memperkuat Fiorentina di karier profesionalnya.
Pemberian nomor 10 pada musim 2015\-2016 menunjukkan kepercayaan klub sekaligus sinyal Bernardeschi ingin menjadi simbol klub.
Nyatanya, ia seperti hanya menjadikan Fiorentina sebagai batu loncatan karier.
Terlebih ketika sang ayah, Alberto, berkata, "Sekarang, seperti Baggio, anak saya juga bisa bermain buat Juventus. Itu adalah mimpi bagi setiap pemain yang punya ambisi tepat."
Terlepas dari rasa terkhianati bagi para penggemar Fiorentina, keputusan Berna, calon legenda Si Ungu, buat pindah ke klub rival besar jelas sebuah keputusan berani.
Kondisi ini menunjukkan betapa kuat mental dan karakter sang pemain.
Apalagi yang dituju adalah Juventus, sebuah klub yang hanya punya satu misi: menjuarai semua gelar.
Tentu akan ada adaptasi terhadap tekanan besar di klub sebesar Juve.
Tetapi dengan mentalitas yang dimiliki Berna, tentu fan Juve berharap ia justru bisa menjadi legenda Si Hitam-Putih.
Seperti pengguna nomor 10 mereka sebelumnya dan kapten abadi, Alessandro Del Piero. @goen_pratama
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar