bayang dari klub adidaya yang semua orang kenal.
Kubu Camp Nou kehilangan sang mega bintang asal Brasil, Neymar, hanya untuk menggantinya dengan Paulinho yang gagal total di Liga Inggris.
Mereka lalu kalah komprehensif dari Real Madrid di Piala Super Spanyol dan mendapat penolakan dalam mengejar pemain-pemain idaman.
Liverpool bergeming di hadapan tiga tawaran Barcelona untuk Philipp Coutinho, begitu pun Dortmund saat Barca mengetuk pintu demi jasa Ousmane Dembele.
Kemenangan rutin kontra Real Betis pada laga pembuka La Liga 2017-2018 pun tak banyak membantu moril di skuat.
Terlihat ada yang tidak nyambung antara skuat bermain dan manajemen. Hubungan buruk itu berlipat ganda ke arah para suporter.
Presiden Josep Bartomeu senantiasa dibombardir pesan dari fans Barcelona untuk meninggalkan klub.
Suporter Barca mungkin sudah sangat lama tak melihat tim mereka dalam kondisi sekacau ini.
Jadi, pertanyaan yang membuat semua fans Barcelona gigit jari adalah, apakah ini akhir sebuah siklus kejayaan?
Untuk menjawab itu, mungkin kita perlu mundur sebentar.
Saya masih ingat benar hari di mana FC Barcelona menunjukkan diri sebagai tim terkuat dalam satu dekade terakhir.
Bagi saya, zenit Barca datang ketika Lionel Messi cs menggasak Manchester United 3-1 di Stadion Wembley pada final Liga Champions 2011.
Tak lama setelah peluit akhir, saya berbincang kepada sahabat dari Inggris yang nonton bareng bersama saya di acara Tabloid BOLA di Planet Hollywood, Jakarta.
Mengulas kembali kejayaan Barca sejak Pep Guardiola menukangi klub pada 2008, saya mengatakan bahwa kedigdayaan FC Barcelona hanya bisa dikalahkan oleh satu hal: mereka sendiri.
Saking hebatnya Barcelona era Pep sehingga bagi saya, musuh paling besar adalah diri mereka sendiri. Bahwa akhir era mereka akan datang setelah siklus tim ini berakhir.
Tema siklus dalam sepak bola bukan hal baru.
Bos Manchester United yang menghadapi Barcelona di final tadi tak lain adalah Sir Alex Ferguson.
Sir Alex punya lima tim adidaya sepanjang melatih Manchester United.
Ia ahli dalam membongkar pasang skuat.
“Saya percaya siklus. Sebuah tim sukses bertahan mungkin empat tahun dan setelah itu perubahan perlu dilakukan,” ujarnya seperti dikutip dari Harvard Business Review edisi Oktober 2013, mengenai bongkar pasang skuat tersebut.
Ia mengatakan bahwa kemakmuran jangka panjang klub jauh lebih penting dari pemain mana pun. Lambang klub di dada lebih agung dari nama dan nomor di punggung.
Baginya, regenerasi dimulai tiga tahun sebelum diimplementasi.
Pakem itu menjadi kunci kesuksesan dalam membangun ulang tim.
“Targetnya adalah melakukan regenerasi bertahap, mendorong pemain tua keluar dan memasukkan pemain muda,” ujar Sir Alex.
“Semua mengerucut ke dua hal: Pertama, melihat di mana potensi pemain muda kami dalam waktu tiga tahun lagi. Kedua, apakah seorang pemain mulai menunjukkan kemunduran karena usia.”
Nah, di sinilah perbedaan strategi Sir Alex dan Barcelona.
Regenerasi Sir Alex terstruktur dan terencana sementara Barcelona seperti terjadi secara spontan dan tanpa planning bagus.
Pemain Timnas U-22 Disamakan Dengan Pemain-pemain Top Eropa, Begini Jadinya Jika Dibuat Formasi https://t.co/MkJmhMVPdO via @bolasportcom
— BolaSport.com (@BolaSportcom) August 21, 2017
Dengan kedatangan Paulinho, Barca sekarang punya 10 pemain di atas usia 29 tahun.
Pemain seperti Andres Iniesta dan Javier Mascherano bahkan telah berusia 33 tahun.
Dari ke-10 pemain tadi, Gerard Pique, Sergio Busquets, Ivan Rakitic, Luis Suarez, dan Leo Messi, memulai 20 atau lebih laga liga musim lalu.
Betul, Barca berusaha menurunkan rataan skuat dengan membeli pemain-pemain dari seantero Eropa untuk mendongkrak ambisi klub merengkuh titel.
Akan tetapi, dalam lima jendela transfer sebelum ini, Barcelona hanya membeli satu personel yang telah menjuarai salah satu dari tiga liga besar Eropa.
Pemain itu adalah Arda Turan yang menjuarai Liga Spanyol bersama Atletico Madrid.
Problem terbesar Barcelona sekarang adalah mencari penerus takhta Lionel Messi, pencetak 37 gol La Liga musim lalu yang telah menginjak usia 30 tahun.
Neymar, sang pangeran terpilih, memilih untuk membelot ke kerajaan lain.
Jika pun mendarat ke Camp Nou apakah Dembele dan Coutinho punya potensi untuk setidaknya tidak tenggelam di bawah bayang-bayang Messi?
Pertanyaan mendasar juga, apa penerus Messi harus datang dengan membeli pemain seharga 150 juta euro?
SEA Games 2017 - Deretan Pemberitaan Insiden Bendera Indonesia Terbalik di Koran Malaysia https://t.co/YwRqcRVnJs via @bolasportcom
— BolaSport.com (@BolaSportcom) August 21, 2017
Regenerasi tidak selalu berarti membeli pemain termahal.
Sepanjang 10 tahun sejak awal 2000an di mana Man United menjuarai Liga Inggris lima kali, Sir Alex belanja lebih sedikit dari Chelsea, Manchester, dan Liverpool.
Salah satu alasannya adalah mereka percaya dengan darah muda.
Barca juga pernah kok memercayai "produk dalam negeri", 7 dari 11 starter Barca di final Liga Champions 2011 merupakan produk akademi mereka.
Para pemuja Barcelona akan mengatakan kalau terlalu dini mengatakan Barcelona sudah habis.
Dua tahun lalu Messi cs masih menjuarai Liga Champions. Bahkan, musim lalu Barcelona hanya kalah dari Real Madrid di perburuan titel La Liga pada hari terakhir musim.
Barca tahun lalu mencetak lebih banyak gol (116 berbanding 106) dan kebobolan lebih sedikit (37 berbanding 41) ketimbang Los Blancos.
Well, di atas lapangan Barcelona masih salah satu kekuatan menakutkan sepak bola dunia.
Tetapi, pergerakan misterius di jajaran atas klub memastikan bahwa regenerasi di kubu Camp Nou berjalan karut-marut.
Media-media Spanyol mengatakan era kepresidenan Sandro Rossell (2010-2014) lebih tertarik untuk mendatangkan uang ketimbang kejayaan di lapangan.
Rossell harus pergi secara tidak hormat setelah terlibat dalam skandal kedatangan Neymar padaJanuari 2014.
Pun, Bartomeu, yang ketika itu menjabat sebagai wakil Rossell, kini juga masih terlibat dengan masalah sama.
Barcelona nan agung pun tak lepas dari siklus kehidupan, mereka tidak hidup di tanah para dewa.
Mengutip pernyataan Daenerys Targaryen dari serial televisi mega populer, Game of Thrones, saat membicarakan kerajaan-kerajaan terbesar di Westeros, dunia kaya sejarah di serial HBO tersebut, "Mereka hanya bagian dari sebuah roda besar. Kadang yang satu di atas, kadang yang lain di atas. Begitu saja seterusnya," ujarnya.
Bagi Barcelona, kaki mereka tampak terinjak oleh roda yang berputar tersebut.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar