Tidak selalu ada hubungan pernikahan dengan cinta. Cinta ya cinta, menikah ya menikah. Hanya orang beruntung jika bisa saling mencintai lalu menikah.
Baca kalimat di atas mungkin banyak yang akan berpikir “iya juga ya” atau bagi yang sudah menikah atau akan menikah “kok gue banget ya".
Hal itu cuma kata–kata satir yang sering dirasakan manusia, tapi sebagian lagi yang membaca akan berpikir “apa hubungannya sama sepak bola?”
Ternyata pesepak bola dan klub itu seperti hubungan menikah.
Saling mengerti satu sama lain, saling membantu satu sama lain.
Klub butuh pemain, mereka juga butuh klub sebagai ajang membuktikan diri dan mencari nafkah.
(Baca Juga: El Pipita dan Syair Pengkhianatan Cinta)
Tetapi, apa kita tahu ketika pemain sekelas Harry Kane mencetak gol demi gol bersama Tottenham. Apa benar–benar hatinya untuk Spurs?
Ternyata tidak. Dia fan Arsenal sedari kecil, bahkan tidak ragu mengecat rambutnya dengan warna merah seperti di foto.
Send this picture of harry Kane when he was a fat arsenal supporter pic.twitter.com/wBQ4rAW67n
— @manutd (@robloxTom00) October 29, 2017
Selain menjadi suporter Arsenal, Kane memang punya sejarah dengan The Gunners.
Pria kelahiran Chingford, London, itu memang pernah menimba ilmu sepak bola di Akademi Arsenal selama setahun.
Setelah itu ia sempat pindah ke Watford sebelum masuk Akademi Tottenham pada usia 11 tahun, sekitar satu dekade silam.
Selain Kane, ada juga nama Isco.
Ya, gelandang Real Madrid ini ternyata fan berat Barcelona yang kita sama–sama tahu merupakan rival abadi Madrid.
Bahkan, Isco juga sangat mengagumi Lionel Messi. Kecintaan Isco dia ungkapkan lewat pernyataannya.
"Saya menamakan anjing saya 'Messi' karena Messi adalah yang terhebat di dunia, begitu juga anjing saya," ungkapnya ketika ditanya soal nama unik labrador peliharaannya beberapa waktu lalu.
Waktu itu, keputusan Isco hijrah ke Santiago Bernabeu memang sedikit mengejutkan.
Pasalnya, Isco pernah mengaku sebagai 'anti-Madridista' karena menilai Los Blancos sebagai klub yang arogan.
Kembali ke Inggris. Semua pasti ingat Jamie Carragher, yang identik dengan Liverpool.
Ya, Jamie Carragher merupakan legenda Liverpool. Ia menghabiskan seluruh karier bermainnya bersama The Reds dan memenangi banyak gelar di Anfield.
(Baca Juga: Neymar, Unai Emery, dan Ezechiel N Douassel dalam Kolam Ikan yang Sesak)
Total, dia bermain lebih dari 700 pertandingan untuk Liverpool.
Namun, tidak banyak yang tahu jika Carragher merupakan penggemar Everton ketika masih kecil.
Bahkan ia pernah menimba ilmu di Akademi Everton selama satu tahun.
Hal itu terungkap ketika dia sudah pensiun. Kala itu dia sudah menjadi pandit di acara televisi dan memakai baju Everton hingga membuat publik tahu dia menyukai The Toffees.
Nama terakhir di golongan “tidak beruntung” adalah Raul Gonzalez.
Ya, kita selalu ingat penyerang berkaki kidol ini sebagai ikon dan pangeran Real Madrid, tapi dia ternyata fan Atletico Madrid.
Semasa kecil, Raul sempat memperkuat Atletico pada musim 1990-1992.
Namun, Presiden Atletico ketika itu Jesus Gil memutuskan untuk menutup akademi sepak bola mereka, sehingga Raul pindah ke tim sekota, Real Madrid.
Setelah banyak pemain “kurang beruntung”, tak adil kalau kita tidak berbicara pemain yang beruntung, bahkan mungkin sangat beruntung: Francesco Totti.
Dia merupakan Pangeran Roma.
Dia adalah pemain yang menjadi fan AS Roma sejak kecil, menjadi bagian dari Roma selama 28 tahun, menjadi kapten, dan bahkan kini menjadi legenda.
Walaupun mungkin prestasinya di sana tidak sehebat pemain–pemain “tidak beruntung” di atas, tapi dia tetap bahagia membela AS Roma dan tidak pernah menyesal.
Sampai pada saatnya dia pensiun dan membuat surat yang mengharukan untuk fan.
"Kita harus berkembang. Hingga waktu ke depan, saya akan terus berkembang. Kini saya harus melepas celana pendek dan sepatu itu, karena mulai hari ini saya kembali menjadi seorang pria biasa.
Saya tidak bisa lagi menikmati bau rumput, sinar matahari di wajah saat saya menahan sasaran dari lawan, sebuah adrenalin yang saya alami, dan merasakan kegembiraan saat merayakannya kemenangan.
Selama beberapa bulan terakhir, saya bertanya pada diri sendiri mengapa saya terbangun dari mimpi ini.
Bayangkan jika Anda adalah anak yang memiliki mimpi yang indah dan ibu Anda membangunkan Anda untuk pergi ke sekolah.
Anda ingin terus bermimpi... Anda mencoba menyelinap kembali ke dalam mimpi tapi Anda tidak pernah bisa.
Sekarang ini bukan mimpi, tapi kenyataan.
Dan saya tidak bisa lagi masuk ke dalam mimpi tersebut.”
Totti mungkin menemukan yang namanya “cinta” dalam sepak bola.
Lalu pertanyaan muncul.
Apakah kita memilih seperti Totti yang mendapatkan kebahagiaan dan label "sangat beruntung"? Atau seperti Isco dan Raul yang sukses tapi punya label “tidak beruntung"?
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar