Mumpung masih terasa euforia film "Thor: Ragnarok", saya ingin mengaitkan makna ragnarok dengan kejadian yang baru saja menimpa sepak bola Italia.
Ragnarok dalam mitologi norse berarti The Doom of the Gods alias kejatuhan para dewa.
Momen yang mengakhiri siklus kemistisan atau kedewaan mereka. Kosmos hancur dan pada akhirnya dilahirkan kembali.
Bagi yang belum menonton film Thor: Ragnarok, ada baiknya langsung lompat ke tujuh paragraf selanjutnya karena mengandung spoiler.
Sekali lagi, spoiler alert!
Dalam film Thor: Ragnarok, Marvel memodifikasi mitologi tersebut. Odin ternyata punya anak lain bernama Hela.
Hela adalah dewi kematian yang merupakan anak pertama Odin.
Hela selama ini disembunyikan karena terlalu ambisius dan berbahaya, bahkan Thor dan Loki tak tahu keberadaan sang kakak.
(Baca Juga: Timnas Indonesia Bakal Hadapi Peserta Piala Dunia 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno)
Odin lantas meninggal dan Hela pun datang serta naik takhta.
Hela mengambil alih kendali Asgard dan sembari mencoba mencari Heimdall, pemegang kunci Bitfrost, agar dirinya bisa mengarungi angkasa demi menguasai delapan realms lain, termasuk midgard alias bumi.
Thor ingin mencegah hal tersebut dan akhirnya harus berhadapan dengan Hela.
Satu-satunya cara agar Hela musnah adalah dengan menghancurkan Asgard karena Hela menyerap kekuatan yang dimiliki Asgard.
Asgard pun hancur yang berarti Ragnarok telah terjadi.
Dari Asgardian tersisa yang berhasil menyelamatkan diri, Thor mencoba membangun ulang kejayaan Asgard.
Rasanya terdengar serupa dengan timnas Italia yang saat ini sedang dalam titik terendah setelah gagal ke Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1958.
(Baca Juga: Serius Hadapi Musim Depan, Bhayangkara Jalani Pramusim di China)
Media Italia sampai menyebut terjadi apocalypse, kiamat, alias ragnarok.
Seperti ragnarok, sejumlah "dewa" dalam timnas Italia memutuskan pensiun dari timnas karena kiamat ini.
Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, Giorgio Chiellini, dan Daniele De Rossi mengumumkan tak akan lagi mengenakan kostum biru Gli Azzurri.
Masalah buat Italia adalah mereka belum punya sosok seperti Thor yang muncul sebagai pemimpin rakyatnya yang sedang terpukul.
Tanpa keempat "dewa" tersebut, praktis kini banyak anak-anak muda yang tersisa buat mengisi timnas Italia.
Pelatih Gian Piero Ventura pun tak layak dianggap sebagai Thor, karena dialah salah satu sosok yang dianggap bertanggung jawab langsung atas kehancuran ini.
Bisa dibilang sentuhan Ventura sama dengan Hela. Pun dengan Carlo Tavecchio, Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC).
Lantas, siapa yang layak menyandang sebagai Thor di Italia?
(Baca Juga: Inilah Starting XI Lokal Vs Starting XI Asing Terbaik di Liga 1 Musim 2017, Mana yang Terbaik?)
Tak banyak pilihan, tetapi dari mereka yang sedang tak punya kerjaan tetap, sejumlah dewa atau pria-pria bijak bisa diajak buat membangun kembali sepak bola Italia.
Carlo Ancelotti sedang menganggur usai dipecat Bayern Muenchen.
Maurizio Sarri bisa saja dibujuk melepas jabatannya di Napoli. Atau, bisa juga mengambil kembali Antonio Conte.
Para pemikir penuh karisma yang juga merupakan legenda sepak bola Italia, seperti Paolo Maldini, Demetrio Albertini, atau bahkan Gianluca Vialli disebut khalayak harus punya peran di federasi.
Dari sisi tim, pensiunnya empat dewa tersebut menjadi peluang besar bagi anak-anak muda penuh potensi itu buat bersinar.
Mau nama? Gigi Donnarumma, Roberto Gagliardini, Andrea Conti, Daniele Rugani, sampai Federico Chiesa punya kesempatan
Jangan lupakan Marco Veratti, Jorginho, atau Andrea Belotti yang masih berusia 25 tahun, kecuali Belotti (23).
Italia tak kekurangan talenta, hanya pelatih yang tepat dengan kualitas kepemimpinan layaknya Thor. Ia yang akan membangun ulang tim demi lolos ke Piala Eropa 2020.
"Ragnarok adalah kecantikan, harapan, keadilan. Ragnarok juga berarti pembalasan, kerusuhan, api. Ragnarok adalah akhir dari segalanya. Matinya para dewa dan kebangkitan kematian." Begitu ucapan Cate Blanchett, pemeran Hela.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar