Beberapa hari ini kita selalu disuguhkan berita seputar kegagalan timnas Italia menuju Piala Dunia 2018,
Bahkan rekan saya di Italia menyebut bahwa kegagalan tersebut adalah bencana buat Negeri Piza.
Saking kecewa, media di sana sepi pemberitaan terkait langkah tim beralias Gli Azzurri.
Derby della Capitale akan hadir pada akhir pekan ini, Minggu (19/11/2017), untuk membelah Kota Roma menjadi dua.
(Baca Juga: Sama-sama Menabrak Tiang, Setya Novanto Mungkin Bisa Pulih seperti Sergio Aguero dalam Jangka Waktu Ini)
Duel ini bisa dikatakan lebih ganas dan sarat emosi ketimbang Derby della Madonnina milik Milan atau Derby d'Italia antar Juventus dan Inter Milan.
Harga diri menjadi taruhannya untuk melihat siapa yang layak mengibarkan bendera di seluruh penjuru roma.
Duel yang pertama kali digelar 8 desember 1929 dimenangi oleh AS Roma. Setelah itu, perseteruan semakiin panas.
Asal-usul tim menjadi salah satu faktornya, Lazio yang didirikan di Distrik Prati, awalnya berlatih dan bermain di Rodinella, sedangkan Roma mulai bermain di Metovelodromo Appio dan ketika stadion baru selesai dibangun, mereka pindah ke Testaccio.
Hal ini memunculkan kata "stoffo", yang membuat fan Lazio dianggap sebagai orang luar Roma.
Namun, fan Lazio menjawab, Lazio sudah masuk Roma sejak 1990, sedangkan AS Roma baru menyusul 27 tahun berselang.
Ada fakta lain yang mendukung Lazio telah hadir lebih dahulu. AS Roma merupakan penggabungan dari tiga klub, yaitu Pro Roma (1911), FBC Roma (1899), dan Alba Audace (1907).
AS secara resmi terbentuk pada tahun 1927 melalui gagasan Benito Musollini yang jengah terhadap dominasi klub Italia bagian utara, namun hanya Lazio yang menolak bergabung. Ini menjadi awal permusuhan abadi kedua tim. Lazio sendiri lahir pada 1900.
Sekedar tambahan, para pendukung Lazio kebanyakan berasal dari bagian utara Roma dan memilih politik sayap kanan, sedangkan fan AS Roma berasal dari selatan dan menganut paham politik sayap kiri.
(Baca Juga: Terungkap! Target Utama Paris Saint-Germain dari Barcelona Bukan Neymar)
Maka itu, suporter Lazio menempati tribune Curva Nord yang terletak di bagian utara, sedangkan AS Roma memilih sisi seberangnya, Curva Sud.
Ada kajian lain yang bisa digunakan untuk membedah sejarah kedua tim, yaitu mitologi Romulus dan Remus.
Dalam mitologi itu, serigala yang tertera di lambang AS Roma, mempunyai peran penting dalam sejarah Kota Roma.
Warna merah mewakili Vatikan dan warna kuning mengadopsi warna kebanggaan Kaisar Romawi.
Serigala dihubungkan dengan Mars (dewa perang).
Merah-kuning dan serigala identik dengan AS Roma.
Elang yang tertera di lambang Lazio, merupakan simbol penting pada masa kejayaan Kekaisaran Romawi.
Dari bursa transfer pun, tidak banyak transaksi yang melibatkan kedua tim.
Tifosi menganggap haram memakai jasa pemain bekas tim rival.
Hanya beberapa nama sebagai pengecualian, seperti Sinisa Mihajlovic, Luigi di Biagio, dan Diego Fuser, dan Arne Selmosson,
Cuma pemilik nama terakhir yang mencetak gol untuk Lazio dan AS Roma ketika kedua tim bertemu.
Walaupun selalu bermusuhan, ada momen langka ketika kedua rival menunjukkan aksi simpatik untuk bocah kecil penggemar Lazio bernama Gabriele Sandri tewas terkena tembakan polisi, pada 11 November 2007.
Setelah kejadian itu, pada pertandingan derbi, 19 Maret 2008, suporter garis keras AS Roma bersama dua kapten, Francesco Totti dan Tomasso Rocchi, memberikan penghormatan di tribune utara, lokasi suporter Lazio.
Mari kita lihat pula statistik pertemuan kedua tim. Wikipedia mencatat, dari total 184 pertemuan, sang serigala meraih 69 kemenangan, 63 imbang, dan 52 kekalahan melawan sang elang.
Rekaman sejarah jelas mengunggulkan AS Roma.
Namun, jika kita melihat posisi klasemen sampai pekan ke-13, Lazio berada satu setrip di atas dan lebih produktif daripada AS Roma.
Selain perebutan posisi di tangga klasemen. duel pekan ini juga akan menjadi hal yang ditunggu publik ibu kota.
Kemenangan atas sang rival jauh lebih membanggakan, bahkan jika dibanding scudetto.
Totti dan Giacomo Losi, eks pemain AS Roma, mengamini hal tersebut
Keduanya adalah legenda merangkap suporter AS Roma.
Begitu pula Paolo Di Canio, yang memiliki tempat spesial di hati suporter Lazio.
Sebagai fan dari layar kaca, mari nikmati duel sarat muatan sejarah akhir pekan ini.
Siapa yang pantas mengklaim predikat penguasa ibu kota Italia, Si Elang atau Sang Serigala?
Editor | : | Anju Christian Silaban |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar